Rabu, 12 Juni 2013

laporan metopen


METODOLOGI PENELITIAN
PERANCANGAN ULANG ALAT PENGADUK KRUPUK KULIT DALAM PROSES PENGGORENGAN TAHAP AWAL YANG ERGONOMIS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS
(Studi Kasus di Perusahaan UD. Cendrawasih Pleret Yogyakarta)



aaaasaas




DISUSUN OLEH :

BAGAS WICAKSA SADEWA (10019013)




PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2013



BAB I

PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang Masalah
            Melalui perancangan dan pengembangan produk dalam  menciptakan peralatan akan mendukung dalam proses produksi untuk menghasilkan output yang lebih baik. Dari inovasi tersebut diharapkan mampu mengantisipasi persaingan didalam dunia usaha. Dengan rancangan alat yang memperhatikan faktor-faktor manusia diharapkan alat yang dirancang dapat dioperasikan dengan nyaman dan aman yang berkaitan dengan karakteristik manusia sebagai segmen utama bagi pemakai.
            UKM Cendrawasih merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi krupuk kulit di Desa Segoroyoso Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul Yogyakarta untuk proses produksi mulai dari pengolahan bahan baku krupuk kulit sampai proses pengeringan bahan setengah jadi, masih menggunakan peralatan-peralatan yang sederhana. Dengan kondisi kerja yang sekarang ini, yaitu pada proses pengadukan yang masih memanfaatkan bambu yang digerakan dengan tangan atau manual. Sehingga menimbulkan beberapa keluhan pekerja sering merasakan pegal-pegal pada leher, nyeri pada punggung, pergelangan tangan dan mudah kelelahan, Berdasarkan faktor-faktor tersebut, maka diperlukan sebuah perancangan ulang alat pengaduk krupuk kulit yang ergonomis untuk memberikan kenyamanan dalam bekerja dan juga untuk meningkatkan produktivitas. Secara jelas proses pengadukan dapat dilihat pada gambar 1.

 

            Gambar 1 . Proses Pengadukan dalam Penggorengan Tahap Awal
(Sumber: UKM Cendrawasih, 2013)

             Dari data permintaan dan data produksi pada bulan April sampai Juni mengalami keterlambatan pemenuhan permintaan dikarenakan jumlah permintaan lebih besar dari pada jumlah produksinya, dengan kekurangan pemenuhan permintaan sebanyak 17 kg.
  
B.   Identifikasi Masalah
            Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan di atas, maka dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut :
1.       Keterbatasan kemampuan alat yang digunakan pekerja pada saat proses penggorengan kulit masih manual dan tidak ergonomis sehingga hasil kerja tidak maksimal, didapat jumlah rata-rata pada 3 periode bulan April sampai Juni dengan kekurangan pemenuhan permintaan sebanyak 17kg.
2.      Alat yang digunakan pekerja untuk mengaduk kulit masih menggunakan bambu yang pendek sehingga membuat operator membungkuk dalam bekerja. Karna proses pengadukan cukup lama, pekerja sering merasakan pegal-pegal pada leher, nyeri pada punggung, pergelangan tangan dan mudah kelelahan.

C.   Batasan Masalah
            Untuk membatasi permasalahan agar menjadi lebih terperinci, maka peneliti membatasi permasalahan beberapa batasan masalah, sebagai berikut :
1.      Obyek penelitian dilakukan pada bagian proses penggorengan krupuk kulit di UKM Cendrawasih di Desa Segoroyoso Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul Yogyakarta.
2.      Alat yang akan dirancang adalah alat pengaduk dalam proses penggorengan krupuk kulit pada tahap awal, karena pada tahap ini proses pengadukannya masih manual.
3.      Data permintaan yang digunakan adalah data permintaan selama 3 periode pada bulan April sampai Juni, di UKM Cendrawasih di Desa Segoroyoso Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul Yogyakarta.

D.   Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka dapat dibuat rumusan masalahnya sebagai berikut :
1.      Bagaimana merancang alat pengaduk krupuk kulit dengan pendekatan ergonomi sehingga memberikan kenyamanan bagi operator?
2.      Berapa besar penurunan tingkat kelelahan operator setelah perancangan ulang alat pengaduk krupuk kulit?
3.      Berapa besar peningkatan produktivitas setelah perancangan ulang alat pengaduk krupuk kulit?

E.   Tujuan Perancangan
1.      Merancang alat pengaduk krupuk kulit dengan pendekatan ergonomi dengan harapan mampu menciptakan kenyamanan operator dalam bekerja.
2.      Dapat mengurangi keluhan operator dari gangguan pada beberapa bagian tubuh yang akan berakibat pada jangka panjang.
3.      Mengetahui seberapa besar peningkatan produktivitas operator.

F.    Manfaan Penelitian
            Manfaat yang ingin dicapai dari perancangan alat pengaduk krupuk kulit ini adalah:
1.      Memperoleh hasil rancangan pengaduk krupuk kulit yang ergonomis sehingga memberikan kenyamanan pada operator.
2.      Bagi operator dapat mengurangi gangguan pada bagian tubuh yang berakibat pada jangka panjang.
3.      Bagi perusahaan dapat meningkatkan produktivitas untuk memenuhi target yang ingin dicapai.



BAB II
LANDASAN TEORI
A.           Kajian Pustaka Terdahulu
Dalam melakukan sebuah penelitian, kajian pustaka dari penelitian terdahulu sangat penting karena diperlukan untuk mendukung jalannya penelitian yang akan dilakukan.
Charisatul Id Arrizqi melakukan penelitian pada tahun 2001 dengan judul Rancang Bangun Mesin Pengaduk Pakan Ternak Berbentuk Butiran-Butiran Kecil”. Penyusunan laporan dilaksanakan dengan menggunakan metode “studi kasus”. Alat-alat yang digunakan pada saat ini masih sederhana, sehingga produk yang dihasilkan tidak optimal. Maka dari itu dirancang mesin pengaduk pakan ternak berbentuk butiran-butiran kecil, supaya menjadi peralatan modern dengan menggunakan rekayasa teknologi untuk hasil yang efektif dan efisien. Prinsip kerja mesin pengaduk pakan ternak dapat dijelaskan sebagai berikut, motor listrik yang memiliki kecepatan putaran 1450 rpm dihidupkan, maka putaran dari motor listrik akan memutar pulley dan sabuk transmisi akan menggerakkan gear pada gearbox/reducer (rasio 1:20) yang mengakibatkan putaran poros mesin berputar secara pelan ± 72,5 rpm. Poros tersebut akan memutar sudut (pengaduk) yang terpasang pada poros. Dengan mekanisme seperti ini maka bekatul dimasukkan ke tabung kemudian diaduk hingga tercampur. Setelah bekatul tercampur secara merata kemudian tabung dituang dengan menggunakan tuas manual yang menggunakan tenaga manusia. Volume tabung kurang dari 0,068 m3 berisikan bekatul mampu diaduk dan tercampur secara merata menggunakan daya motor 2,26 hp - 3 hp. Volume tabung kurang dari 0,034 m3 berisikan bekatul mampu diaduk dan tercampur secara merata menggunakan daya motor 0,5 hp.
Hilal Syahriza Arifin Lubis. melakukan penelitian pada tahun 2008 dengan judul Uji RPM Alat Pengaduk Untuk Pembuatan Dodol” . Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara pada bulan januari-Februari 2008. Penelitian ini menggunakan metode perancangan percobaan Rancangan acak lengakap (RAL) non factorial yang terdiri dari satu faktor yaitu RPM alat pengaduk. Hasil dari perancangan alat pengaduk untuk pembuatan dodol memberikan kesimpulan bahwa, kapasitas rata-rata alat yang tertinggi terdapat pada perlakuan A yaitu sebesar 3,61 k9/jam, sedangkan kapasitas rata-rata alat terendah terdapat pada perlakuan C yaitu sebesar 2,88 kg/jam. Efisiensi rata-rata alat yang tertinggi terdapat pada perlakuan A yaitu sebesar 29,25% dan efisiensi rata-rata terendah terdapat pada perlakuan C dengan efisiensi sebesar 4,34%.
            Penelitian yang dilakukan sekarang adalah melakukan perancangan ulang fasilitas kerja berupa alat pengaduk krupuk kulit pada saat proses penggorengan tahap awal, yang selanjutnya akan dijemur sampai kering, kemudian masuk proses penggorenagan tahap terakhir sampai menjadi produk yang siap dijual. Perancangan alat pengaduk krupuk kulit dalam proses penggorengan tahap awal yang ergonomis
akan mampu mengurangi tingkat kelelahan operator yang diakibatkan oleh alat yang digunakan pekerja kurang ergonomis sehingga produktivitas kerja akan meningkat. Beberapa hal yang membedakan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan penelitian terdahulu, disajikan dalam bentuk tabel berikut ini :
Tabel 1I.1. Perbandingan Kajian Pustaka
No
Peneliti/ Tahun
Permasalahan
Kerangka Pemecahan
Hasil
Tempat Penelitian
1.
Charisatul Id Arrizqi, 2001
Alat pengaduk pakan ternak yang kurang ergonomis
Rancang Bangun Mesin Pengaduk Pakan Ternak Berbentuk Butiran-Butiran Kecil


Mesin dengan daya motor listrik 0,5 hp alat ini mampu mengaduk bekatul secara merata dengan volume kurang dari 0,068 m3 dalam waktu 1 menit 16 detik
Penyusunan laporan dilaksanakan dengan menggunakan metode studi kasus
2.
Hilal Syahriza Arifin Lubis, 2008
Uji RPM Alat Pengaduk Untuk Pembuatan Dodol
Perancangan percobaan Rancangan acak lengakap (RAL) non factorial yang terdiri dari satu factor yaitu RPM alat pengaduk
Kapasitas rata-rata alat yang tertinggi terdapat pada perlakuan A yaitu sebesar 3,61 k9/jam, sedangkan kapasitas rata-rata alat terendah terdapat pada perlakuan C yaitu sebesar 2,88 kg/jam
Laboratorium Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara




3.





Bagas Wicaksa S, 2012
Alat yang digunakan pekerja untuk mengaduk kulit dalam proses penggorenaganmasih menggunakan bambu yang pendek dan tidak ergonomis sehingga membuat operator membungkuk dalam bekerja
Perancangan ulang alat pengaduk krupuk kulit dalam proses penggorenagan pada tahap awal yang ergonomis untuk meningkatkan produktivitas

UKM Cendrawasih di Desa Segoroyoso Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul Yogyakarta

Berdasarkan tabel diatas, faktor yang membedakan penelitian sebelumnya dengan penelitian sekarang adalah pada alat dan input bahan yang akan diproses, pada penelitian diatas bahan yang diinput berupa pakan ternak, dan bahan pembuatan dodol. Penelitian sekarang berupa kulit sebagai bahan inputnya yang akan diproses dijadikan krupuk.


B.            Pengertian Produk.
Produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan kepada suatu pasar untuk memenuhi keinginan atau kebutuhan. Segala sesuatu yang termasuk ke dalamnya adalah barang berwujud, jasa, events, tempat, organisasi, ide ataupun kombinasi antara hal-hal yang baru saja disebutkan. Siswanto Sutojo mengemukakan bahwa ada beberapa faktor penting yang wajib diperhatikan perusahaan dalam menyusun strategi produk mereka.[2]
1.        Faktor pertama adalah strategi pemilihan segmen pasar yang pernah mereka tentukan sebelumnya.
2.        Adapun faktor kedua adalah pengertian tentang hakekat produk di mata pembeli.
3.        Faktor ketiga adalah strategi produk pada tingkat kombinasi produk secara individual, pada tingkat seri produk dan pada tingkat kombinasi produk secara keseluruhan.
4.        Adapun faktor keempat adalah titik berat strategi pemasaran pada tiap tahap siklus kehidupan produk.
Berdasarkan fungsinya produk dibedakan menjadi tiga level.
a.         Level pertama adalah core product yaitu suatu produk yang fungsinya merupakan alasan dasar konsumen untuk membelinya. Contoh sederhana dari core product adalah pakaian, fungsinya dasarnya untuk melindungi tubuh manusia.
b.         Actual product adalah fitur-fitur yang ada pada produk untuk menambah nilainya. Misal desain yang menarik, nama merek, dan kemasan.
c.         Augmented product adalah tambahan manfaat-manfaat yang tidak terpikirkan oleh konsumen tapi akan memberi kepuasan bagi mereka, seperti garansi.
Produk juga digolongkan berdasarkan tujuan konsumen membeli barang secara umum. Produk yang dibeli oleh konsumen untuk kepentingan sendiri disebut consumer product. Produk yang dibeli oleh konsumen untuk kepentingan organisasi atau bisnisnya disebut business atau industrial product. Produk bisnis bisa dikatakan sebagai produk yang dibeli untuk dijual lagi.[2]
Consumer product dibedakan menjadi tiga yaitu :
1.        Convinience product adalah produk yang sering dibeli langsung, harganya rendah, biasanya kegiatan promosi dilakukan melalui mass advertising.
2.        Shopping product adalah produk sekunder yang harganya lebih mahal daripada convenience product. Produk jenis ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan sekunder manusia. Dalam proses pembeliannya, orang memerlukan waktu untuk membandingkan baik dengan cara survei maupun tes.
3.        Unsought product adalah produk yang sering tidak terpikir untuk dibeli konsumen, contohnya asuransi, tanah kuburan, dan ensiklopedi. Barang industrial dibagi menjadi tiga golongan yaitu bahan baku dan bahan pembantu, bahan pendukung, dan barang modal.
Dari berbagai faktor yang diperhatikan perusahaan dalam menyusun strategi produk tingkat produk individual, tiga diantaranya perlu mendapat perhatian khusus. Ketiga faktor tersebut adalah atribut produk, penggunaan merek dagang, dan kemasan.
Sebagian bear perusahaan menghasilkan lebih dari satu seri produk. Tiap seri produk seringkali terdiri lebih dari satu jenis produk. Sayangnya tidak semua seri dan jenis produk memberikan sumbangan hasil penjualan dan keuntungan yang sama. Oleh karena itu, pengelolaan tiap seri dan jenis produk juga tidak sama. Kapasitas produk menyumbang keuntungan ditentukan oleh jumlah satuan produk yang terjual tiap masa tertentu dan besarnya contribution margin. Contribution margin adalah selisih antara harga jual per satuan produk dan biaya variabelnya .
Karena berbagai macam alasan perusahaan dapat memutuskan memperluas usaha bisnisnya. Upaya perluasan bisnis tersebut dapt dilakukan dengan memproduksi produk baru dengan mutu, bentuk, ukuran dan harga yang lebih rendah dari produk lama. Strategi menambah jenis produk baru seperti ini disebut downward stretching yaitu memproduksi produk yang mutu, bentuk dan harganya lebih tinggi dari produk lama. Di samping itu perusahaan juga dapat memperluas usahanya dengan jalan product line-filling, yaitu menambah jenis produk bau pada seri-seri produk yang sudah berjalan .
Hal lain yang wajib diperhatikan perusahaan dalam menyusun produk adalah adanya kenyataan bahwa setiap jenis produk mempunyai siklus kehidupan yang terdiri dari empat tahap. Keempat, tahap pertumbuhan, tahap kematangan dan tahap penurunan. Masing-masing tahap siklus kehidupan produk memerlukan strategi pemasaran yang berbeda.[2]

C.           Proses Definisi Produk yang Diuraikan adalah sebagai berikut :
1.        Rancangan ( Design)
            Menurut lindbeck dan Wygant 1995 mencoba mereview beberapa pengertian-pengertian tentang rancangan melalui studi literature sebelumnnya dan perkembangannya yang ada sebagai berikut :[4]
a.         Rancangan adalah pencaharian bagi penyederhanaan dan permintaan (kebutuhan).
b.         Rancangan adalah konsep dari kebutuhan dan pengaturannya.
c.         Rancangan adalah proses dari penciptaan barang-barang hasil dari kecerdasaan menusia yang memperlihatkan suatu kebutuhan hal baru secara fisik, pengaturan, dan bentuk sebagai respon terhadap fungsinya.
d.        Rancangan adalah suatu kesadaran dan usaha intuitif kebutuhan ke depan terhapad fungsi, material, dan kebutuhan visual dari suatu masalah.
e.         Rancangan adalah suatu pengungkapan kebutuhan dan pengaturan, yang merupakan suatu ekspresi pencaharian manusia dimanapun terhadap kebutuhannya.
f.          Rancangan mengungkapkan suatu permintaan, pengertian-pengertian, dan suatu tujuan yang jelas.
g.         Rancangan adalah merupakan suatu penyelesaian masalah kreatifitas.
Dari semua gambaran tentang pengertian rancangan diatas dapat diungkapkan bahwa rancangan adalah suatu ekspresi kebutuhan manusia terhadap produk dan usaha dalam menghasilkan sesuatu yang berguna. Oleh karena itu akhirnya Lindbeck dan Wygant memberikan suatu pengertian rancangan sebagai suatu kesadaran, proses manusia dalam merencanakan hal-hal yang bersifat fisik yang memperlihatkan bentuk baru sebagai respon terhadap beberapa penyelesaian kebutuhan sebelumnya
2.        Proses Rancangan (Design Procecc)
Menurut Gupta dan Murthy 1980, pengertian rancangan memerlukan aspek penting dari suatu proses awal sampai akhir yang melibatkan tes optimalistasnya. Proses rancangan memberi arti pada suatu usulan jalan bagi suatu penyelesaian bersama antara interaksi manusia dan buatannya atau suatu usulan terhadap perubahan (perbaikan) hubungan antara manusia buatannya untuk pemenuhan optimalnya sesuai kebutuhan spesifik manusia (beserta variable-variabelnya). Jadi proses rancangan adalah untuk menciptakan sesuatu (bisa berupa produk ataupun peralatan kerja) yang fungsinya dikehendaki untuk meningkatkan kesejahteraan manusia maupun untuk menambah kemampuan kerja manusia. Sehingga melalui proses perancangan produk semua faktor yang bersangkutan dengan karakteristik manusia yang berupa kelebihan maupun kekurangan atau keterbatasannya akan diperhatikan.[1]
3.        Integrasi Manusia-Rancangan
Seorang perancang haruslah bisa mengintergrasikan semua aspek manusiawi tersebut dalam rancangan-rancangan produknya dalam sebuah konsep yang dikenal sebagai “ Human Integrated Design”.[4]

D.           Ergonomi
Pullat 1992, menyebutkan sasaran utama ergonomi adalah perancangan objek (produk), peralatan, dan mesin-mesin bagi penggunaan efektif manusiannya. Kata-kata penggunaan bagi manusia ini menunjukan pada suatu pemfokusan terhadap faktor manusia sebagai sentral kunci kesuksesan operasional suatu produk dalam sistem kerja. Disamping itu juga seorang perancang perlu menyadari bahwa setiap produk memerlukn informasi detail dari yang menunjuk pada suatu sistem rancangan dengan kelebihan dan keterbatasan manusia yang akhirnya hasil rancangan tersebut dapat digunakan seefektif mungkin oleh manusia.
            Oleh karena itu konsep HID mengakibatkan optimalisasi rancangan produk bisa diperoleh kerena disini variable-veriabel operasional dan factor interaksi manusia dengan sistem (produk, mesin atau alat-alat, lingkungan) yang lain sudah diintegrasikan dalam teknologi produk (baik hardware maupun software) yang dirancang.[6]
1.        Sejarah Perkembangan Ergonomi.
Pada zaman dahulu ketika manusia masih hidup dalam lingkungan alam asli, kehidupan manusia sangat tergantung pada kegiatan tangannya. Alat-alat, perlengkapan-perlengkapan, atau rumah-rumah sederhana, dibuat hanya sekedar untuk mengurangi ganasnya alam pada saat itu. Perubahan waktu, walaupun secara perlahan-lahan telah merubah manusia dari keadaan primitive menjadi manusia yang berbudaya. Kejadian ini antara lain terlihat pada perubahan rancangan peralatan-peralatan yang dipakai, yaitu mulai dari batu yang tidak berbentuk menjadi batu yang mulai berbentuk dengan meruncingkan beberapa bagian dari batu tersebut. Perubahan pada alat sederhana ini menunjukan bahwa manusia telah sejak awal kebudayannya berusah memperbaiki alat-alat yang dipakai untuk memudahkan pemakaiannya. Hal ini terlihat pada alat-alat batu runcing yang bagian atasnya dipahat tepat sebesar genggaman sehingga lebih memudahkan dan menggerakkan pemakaiannya.
Pada dasarnya, Ergonomi ialah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu, dengan efektif, aman dan nyaman. Manusia dengan segala sifat dan tingkah lakunya merupakan mahluk yang sangat komplek. Untuk mempelajari manusia, tidak cukup ditinjau dari segi ilmu saja. Oleh sebab itulah untuk mengembangkan Ergomoni diperlukan dukungan dari berbagai disiplin, antara lain Psikologi, Antropologi, Faal Kerja, Biologi, Sosiologi, Perencanaan Kerja, Fisika, dan lain-lain. Masing-masing disiplin tersebut berfungsi sebagai pengetahuan umum untuk merancang fasilitas sedemikian rupa sehingga kegunaannya optimal.
Manusia yang merupakan salah satu komponen sistem kerja, perlu mendapatkan perhatian khusus, karena sifatnya yang kompleks. Ergonomi yang merupakan ilmu tersendiri yang mempelajari karakteristik dan tingkah laku, pada mulanya menerapkan informasi ini untuk mengembangkan peralatan-peraltan militer. Hal ini disebabkan karena pada mulanya ergonomi berkembang didunia kemiliteran. Sekarang para ahli Ergonomi sudah memperluas perhatiannya ke bidang sipil diantaranya perancangan jalan-jalan raya, fasilitas-fasilitas kesehatan, perumahan dan arsitektur, pengendalian polusi, lapangan terbang dan fasilitas-fasilitas lainnya yang banyak berhubungan dengan manusia [5]
2.      Manusia Sebagai Komponen Sistem Manusia-Mesin
Yang dimaksud dengan system manusia-mesin disini ialah kombinasi antara satu atau beberapa manusi dengan satu atau beberapa “mesin” dimana salah satu mesin dengan lainnya saling berinteraksi untuk menghasikan keluaran-keluaran berdasarkan masukan-masukan yang diperoleh. Yang dimaksud dengan mesin dalam rangka ini adalah mempunyai arti luas, yaitu mencangkup semua objek seperti peralatan, perlengkapan, fasilitas dan benda-benda yang bisa digunakan dalam melaksanakan kegiatannya.[7]
3.      Manusia Sebagai Penyalur Informasi
Yang dimaksud dengan display disini ialah bagian dari lingkungan yang perlu memberikan informasi kepada pekerja agar tugas-tugasnya menjadi lancar. Arti informasi disini cukup luas, menyangkut semua rangsangan yang diterima oleh indra manusia baik langsung ataupun tidak langsung, biasanya berbewntuk energi, seperti cahaya, panas, tekanan, gelombang, dan lain-lain.Sehubungan dengan lingkungan, display bisa dibagi dalam dua kelas yaitu display dinamis dan statis.[7]
a.         Display dinamis ialah yang menggambarkan perubahan menurut waktu sesuatu yang variabelnya. Contohnya mikroskop dan speedometer.
b.         Display statis merupakan informasi tentang suatu yang tidak bergantung terhadap waktu, misalnya yang menggambarkan suatu kota.
4.        Hasil Kerja Manusia dan Proses Pengendaliannya
Setiap hari manusia selalu terlibat dengan kegiatan-kegiantannya apakah itu bekerja ataupun bergerak kesemuanya memerlukan tenaga. Kemampuan manusia untuk melaksanakan macam-macam kegiatannya tergantung pada struktur fisik dari tubuhnya yang terdiri dari struktur tulang, otot-otot rangka, sistem saraf dan proses metabolisme. Kemampuan manusia untuk melaksanakan macam-macam kegiatannya tergantung pada struktur fisik dari tubuhnya yang terdiri dari struktur tulang, otot-otot rangka, sistem saraf dan proses metabolisme. Untuk mencari metode pengukuran tentang semua kegiatan yang alami pekerja selama kegiatannya, dan kemudian untuk menyebarkan informasi-informasi tersebut kedalam bentuk angka-angka, diperlukan pendekatan secara ilmiah dan teknik.[5]
a.    Mengukur Aktivitas Kerja Manusia
Yang dimaksud dengan mengukur aktivitas kerja manusia dalam rangka ini adalah mengukur berapa besarnya tenaga kerja yang dibutuhkan oleh seorang pekerja untuk melaksanakan pekerjaannya. Tenaga yang dikeluarkan tersebut bisa diukur dalam satuan kilokalori. Secara umum criteria pengukuran aktivitas kerja manusia dapat dibagi dalam dua kelas utama, yaitu criteria fisiologis dan criteria operasional.[7]
b.   Proses Terjadinya Kelelahan
Kelelahan ini merupakan suatu pola yang timbul pada suatu keadaan, yang secara umum terjadi pada setiap individu, yang telah tidak sanggup lagi untuk melakukan aktivitasnya. Secara lebih jelas, terdapat tiga penyebab timbulnya kelelahan fisik, yaitu :[7]
1)        Oksida glucose dalam otot menimbulkan CO2 saerolactic, phosphati dan sebagainya dimana zat-zat tersebut terikat dalam darah yang kemudian dikeluarkan waktu bernafas.
2)        Karbohidrat yang didapat dari makanan dirubah menjadi glukosa dan disimpan dihati dalam bentuk glukogin.
3)        Dalam keadaan normal jumlah udara yang masuk melalui pernafasan kira-kira 4 lt/menit, sedangkan dalam keadaan kerja keras dibutuhkan udara kira-kira 15 lt/menit.
5.         Kondisi Lingkungan Kerja Mempengaruhi Kegiatan Manusia
Manusia sebagai mahkluk yang paling sempurna, tidak luput dari kekurangan; dalam arti kata segala kemampuannya dipengaruhi oleh beberapa faktor. Lingkungan kerja dimana manusia melaksanakan kegiatannya. Ini adalah lingkungan kerja berpengaruh terhadap hasil kerja manusia.[5]
a.         Temperatur
Dalam keadaan normal, tiap anggota tubuh manusia mempunyai temperatur yang berbeda-beda. Tubuh manusia bias menyesuaikan diri karena kemampuan untuk melakukan proses konveksi, radiasi dan penguapan jika terjadi kekurangan atau kelebihan panasnya.
b.         Kelembaban
Yang dimaksud kelembaban disini adalah banyaknya air yang terkandung dalam udara.
c.         Sirkulasi Udara
Udara sekitar kita mengandung 21 % O , 78 % N, 0,03 % CO DAN 0,97 % gas lainnya 9campuran). Oksigen merupakan gas yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup terutama untuk menjaga kelangsungan hidup kita, yaitu untuk proses metabolisme.

d.        Pencahayaan
Pencahayaan sangat mempengaruhi kemampuan manusia untuk melihat objek sangat jelas, cepat, tanpa menimbulkan kesalahan. Kemampuan mata untuk dapat melihat objek sangat jelas ditentukan oleh : ukuran objek, derajat kontras diantara objek dan sekelilingnya, luminensi, dan lamanya melihat.
e.         Kebisingan
Ada tiga aspek yang menentukan kwalitas suatu bunyi yang bias menentukan tingkat gangguan terhadap manusia yaitu, lama, intensitas, dan frekuensinya.
f.          Getaran Mekanis
Getaran mekanis dapat diartikan sebagai getaran-getaran yang ditimbulkan oleh alat-alat mekanis, yang sebagaian getaran ini sampai ketubuh kita dan menimbulkan akibat-akibat yang tidak diinginkan oleh kita.
g.         Bau-bauan
Temperatur dan kelembaban merupakan dua factor yang mempengaruhi kepekaan penciuman, oleh karena itu pemakaian “air conditioning” yang tepat merupakan salah satu cara yang bisa digunakan untuk menghilangkan bau-bauan yang mengganggu disekitar tempat kerja.
h.         Warna
Warna tembok ruangan, dimana warna ini selain berpengaruhi terhadap kemampuan mata untuk melihat objek, juga warna ditempat sekitar kerja berpengaruh secara psikologis bagi para pekerja.



6.        Ekonomi Gerakan
Berikut ini merupakan bahasan tentang prinsip-prinsip ekonomi gerakan yang dihubungkan dengan tubuh manusia dan gerakannya, pengaturan tata letak tempat kerja dan perancangan peralatan.[2]
a.         Prinsip-prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan tubuh manusia dan gerakan-gerakannya.
b.         Prinsip-prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan pengaturan tata letak tempat kerja.
c.         Prinsip-prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan perancangan peralatan.
7.         Antropometri dan Aplikasinya dalam Perancangan Fasilitas  Kerja.
Istilah Antropometri berasal dari “anthro” yang berarti manusia dan “metri” yang berarti ukuran. Secara definitive antropometri dapat dinyatakan sebagai satu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Manusia pada dasarnya akan memiliki bentuk, ukuran (tinggi, lebar, dsb) berat dan lain-lain yang berbeda satu dengan yang lainnya. Antropometri secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan-pertimbangan ergonomis dalam memerlukan interaksi manusia. Data antropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luas antara lain dalam hal :[7]
a.         Perancangan areal kerja (work station, interioe mobil, dll)
b.         Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas (tools) dan sebagainya.
c.         Perancangan lingkungan kerja fisik.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data antropometri akan menentukan bentuk, ukuran dan dimensi yang tepat yang berkaitan dengan produk yang dirancang dan manusia yang akan mengoperasikan atau menggunakan produk tersebut. Dalam kaitan ini maka perancang produk harus mampu mengakomodasikan dimensi tubuh dari populasi terbesar yang akan menggunakan produk hasil rancangannya tersebut.
Secara umum sekurang-kurangnya 90 % : 95 % dari populasi yang mejadi target dalam kelompok pemakai suatu produk haruslah mampu menggunakan dengan selayaknya.. Pada dasarnya peralatan kerja yang dibuat dengan mengambil referansi dimensi tubuh tertentu jarang sekali bisa mengakomodasikan seluruh range ukuran tubuh dari populasi yang akan memakainya. Kemampuan penyesuaian (adjustability) suatu produk merupakan satu prasyarat yang amat penting dalam proses perancangan , terutama untuk produk-produk yang berorientasi ekspor.
a.         Data Antropometri dan Cara Pengukurannya
        Manusia pada umunya akan berbeda-beda dalam hal bentuk dan dimensi ukuran tubuhnya. Di sini ada beberapa factor yang akan mempengaruhi ukuran tubuh manusia, sehingga sudah semestinya seorang perancang produk harus memperhatikan factor-faktor tersebut yang antara lain.[7]
1)        Umur.
Secara umum dimensi tubuh manusia akan tumbuh dan bertambah besar seiring dengan bertambahnya umur, yaitu sejak awal kelahirannya sampai dengan umur sekitar 20 tahunan. Setelah itu, tidak lagi akan terjadi pertumbuhan bahkan justru cenderung berubah menjadi penurunan ataupun penyusutan yang dimulai sekitar umur 40 tahunan.
2)        Jenis kelamin (sex).
Dimensi ukuran tubuh laki-laki umumnya akan lebih besar dibandingkan dengan wanita, terkecuali untuk beberapa bagian tubuh tertentu seperti pinggul, dsb.

3)        Suku/bangsa (ethnic).
Setiap suku, bangsa ataupun kelompok ethnic akan memiliki karakteristik fisik yang akan berbeda satu dengan yang lainnya.
4)        Posisi tubuh (posture).
Posisi tubuh standard harus diterapkan untuk survei pengukuran. Dalam kaitan dengan posisi tubuh dikenal 2 pengukuran, yaitu :
a)        Pengukuran dimensi struktur tubuh.
Di sini tubuh dalam berbagai posisi standard dan tidak bergerak (tetap tegak sempurna). Istilah lain dari pengukuran tubuh dengan cara ini dikenal dengan “ statis antropometri”. Dimensi tubuh yang diukur dengan posisi tetap antara lain meliputi berat badan, tinggi tubuh dalam posisi berdiri, maupun duduk, ukuran kepala, tinggi atau panjang lutut pada saat berdiri/duduk, panjang lengan dan sebagainya. Ukuran dalam hal ini diambil dengan percentile tertentu seperti 5% dan 95 % percentile.
b)        Pengukuran dimensi fungsional tubuh
Hal pokok yang ditekankan dalam pengukuran dimensi fungsional tubuh ini adalah mendapatkan ukuran tubuh yang nantinya akan berkaitan erat dengan gerakan-gerakan nyata yang diperlukan tubuh untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu. Cara pengukuran semacan ini akan menghasilkan data “dynamic antropometry”. Antropometri dalam posisi tubuh melaksanakan fungsinya yang dinamis akan banyak diaplikasikan dalam proses perancangan fasilitas ataupun ruang kerja.
         Selain faktor-faktor tersebut diatas masih ada pula beberapa faktor lain yang mempengaruhi variabilitas ukuran tubuh manusia seperti :
a.         Cacat tubuh, dimana data antropometri di sini akan diperlukan untuk perancangan produk bagi orang-orang cacat (kursi roda, kaki atau tangan palsu, dll)
b.        Tebal atau tipisnya pakaian yang harus dikenakan, dimana faktor  iklim yang berbeda akan memberikan variasi yang berbeda-beda pula dalam bentuk rancangan dan spesifikasi pakaian.
c.         Kehamilan (pregnancy), dimana kondisi semacam ini jelas akan mempengaruhi bentuk dan ukuran tubuh (khusus perempuan). Hal tersebut jelas memerlukan perhatian khusus terhadap produk-produk yang dirancang bagi segmentasi seperti ini.
                 Akhirnya, sekalipun segmentasi dari populasi yang ingin dituju dari rancangan suatu produk selalu berhasil diidentifikasikan sebaik-baiknya berdasarkan faktor-faktor seperti yang telah diuraikan, namun adanya variasi ukuran bukan tidak mungkin bias tetap dijumpai. Permasalahan variasi ukuran sebenarnya akan mudah diatasi dengan cara merancang produk yang mampu sesuai (adjustable) dalam suatu rentang dimensi ukuran pemakainya.
8.        Aplikasi Distribusi Normal dalam Penetapan Data Antropometri
Dalam statistik, distribusi normal dapat diformulasikan berdasarkan harga rata-rata (mean ) dan simpangan standardnya ( , x) dari data yang ada. Dari nilai yang ada tersebut, maka “percentiles” dapat ditetapkan sesuai dengan table probabilitas distribusi normal. Dengan percentile, maka yang dimaksudkan disini adalah suatu nilai yang menunjukan prosentase tertentu dari orang yag memiliki ukuran pada atau dibawah nilai tersebut. Sebagai contoh 95-th percentile akan menunjukan 95% populasi akan berada pada atau dibawah ukuran tersebut, sedangkan 5-th percentile akan menunjukan 5% populasi akan berada pada atau di bawah ukuran itu.
Dalam antropometri, angka 95-th akan menggambarkan ukuran manusia yang “terbesar” dan 5-th percentile sebaliknya akan menunjukan ukuran “terkecil”. Bilamana diharapkan ukuran yang mampu mengakomodasikan 95% dari populasi yang ada, maka disini diambil rentang 2,5-th dan 97,5-th percentile sebagai batas-batasnya.Pemakaian nilai-nilai percentile yang umum diaplikasikan dalam perhitungan data antropometri dapat dijelaskan dalam table 2.1 seperti berikut ini.[7]
Tabel 2.1.
Macam Percentile dan Cara Perhitungan dalam Distribusi Normal
Percentile
Perhitungan
     1 – St
  2.5 – th
     5 – th
   10 – th
   50 – th
   90 – th
   95 – th
97.5 – th
    99- th

(Sumber: Buku Ergonomi Studi Gerak dan Waktu, karangan Wingjosoebroto Sritomo. 2003)


9.        Aplikasi Data Antropometri dalam Perancangan Produk atau Fasilitas Kerja.
Data antropometri yang menyajikan data ukuran dari berbagai macam anggota tubuh manusia dalam percentile tertentu fasilitas kerja akan sangat besar manfaatnya pada saat suatu rancangan produk ataupun fasilitas kerja akandibuat. Agar rancangan suatu produk nantinya bisa sesuai dengan ukuran tubuh manusia yang akan mengoperasikannya, maka prinsip-prisip apa yang harus diambil didalam aplikasi data antropometri tersebut harus ditetapkan terlebih dahulu seperti diuraikan berikut ini :[5]
a.         Prinsip perancangan produk bagi individu dengan ukuran yang ekstrim. Di sini rancangan produk agar bisa memenuhi 2 sasaran produk, yaitu
1.        Bisa sesuai untuk ukuran tubuh manusia yang mengikuti klasifikasi ekstrim dalam arti terlalu besar atau kecil bila dibandingkan dengan rata-ratanya.
2.        Tetap bisa digunakan untuk memenuhi ukuran tubuh yang lain (mayoritas dari populasi yang ada).
Agar bisa memenuhi sasaran pokok tersebut maka ukuran yang diaplikasikan ditetapkan dengan cara, ntuk dimensi maksimum yang harus ditetapkan diambil berdasarkan nilai percentile yang paling rendah (1-th, 5-th,10-th percentile) dari distribusi data antropometri yang ada. Hal ini diterapkan sebagai contoh dalam penetapan jarak jangkau dari suatu mekanisme kontrol yang harus dioperasikan oleh seorang pekerja.
Secara umum aplikasi data antropometri untuk perancangan produk ataupun fasilitas kerja akan menetapkan nilai 5-th percentile untuk dimensi maksimum dan 95-th untuk dimensi minimumnya.
a.         Prinsip perancangan produk yang biasa dioperasikan di antara rentang ukuran tertentu.
Di sini rancangan bisa dirubah-rubah ukurannya sehingga cukup fleksibel dioperasikan oleh setiap orang yang memiliki berbagai macam ukuran tubuh. Dalam kaitanya untuk mendapatkan rancangan yang fleksibel, semacam ini maka data antropometri yang umum diaplikasikan adalah dalam rentang nilai 5-th s/d 95-th percentile.
b.         Prinsip perancang produk dengan ukuran rata-rata.
Dalam hal ini rancngan produk didasarkan terhadap rata-rata ukuran manusia. Problem pokok yang dihadapi dalam hal ini justru sedikit sekali mereka yang berbeda dalam ukuran rata-rata. Di sini produk dirancang dan dibuat untuk mereka yang berukuran sekitar rata-rata, sedangkan bagi mereka yang memiliki ukuran ekstrim akan dibuatkan rancangan tersendiri. Ada beberapa saran atau rekomendasi yang bias diberikan sesuai dengan langkah-langkah seperti berikut :
1)        Pertama kali terlebih dahulu harus ditetapkan anggota tubuh yang mana yang nantinya akan difungsikan untuk mengoperasikan rancangan tersebut.
2)        Tentukan dimensi tubuh yang penting dalam proses perancangan tersebut, dalalm hal ini juga perlu diperhatikan apakah harus menggunakan data structural body dimension atau functional body dimension.
3)        Selanjutnya tentukan populasi terbesar yang harus diantisipasi, diakomodasikan dan menjadi target utama pemakai rancangan produk tersebut. Hal ini lazim dikenal sebagai “market segmentation” seperti produk mainan untuk anak-anak, peralatan rumah tangga untuk wanita, dll.
4)        Tetapkan prinsip ukuran yang harus diikuti semisal apakah rancangan tersebut untuk ukuran individual yan ekstrim, rentang ukuran yang fleksibel (adjustable) ataukah ukuran rata-rata.
5)        Pilih presentase populasi yang harus diikuti ; 90-th, 95-th, 99-th ataukah nilai percentile yang lain yang dikehendaki.
6)        Selanjutnya pilih atau tetapkan nilai ukurannya dari table data antropometri yang sesuai. Aplikasikan data tersebut dan tambahkan faktor kelonggaran (allowance) bila diperlukan seperti halnya tambahan ukuran akibat faktor tebalnya pakaian yang harus dikenakan oleh operator, pemakaian sarung tangan (gloves), dan lain-lain.
Selanjutnya untuk memperjelas mengenai data antropometri bias diaplikasikan dalam berbagai rancangan produk ataupun fasilitas kerja; maka dapat dilihat digambar berikut ini :[5]
(Sumber: Buku Antropometri Tubuh Manusia, karangan Eko Nurmianto. 2003)
Keterangan :
1           = Dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai s/d ujung kepala).
2           = Tinggi mata dalam posisi berdiri tegak
3           = Tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak
4           = Tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak lurus)
5           = Tinggi kepalan tangan yang terjulur dalam posisi berdiri tegak (dalam
          gambar tidak ditunjukkan).

6           = Tinggi tubuh dalam posisi duduk (diukur dari alas tempat duduk/pantat
          sampai dengan kepala)
7           = Tinggi mata dalam posisi duduk
8           = Tinggi bahu dalam posisi duduk
9           = Tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak lurus)
10       = Tebal atau lebar paha.
11       = Panjang paha yang diukur dari pantat s/d ujung lutut.
12       = Panjang paha yang diukur dari pantat s/d bagian belakang dari
          lutut/betis.
13       = Tinggi lutut yang bisa diukur baik dalam posisi berdiri   ataupun
          duduk.
14       = Tinggi tubuh dalam posisi duduk yang diukur dari lantai sampai
          dengan paha.
15       = Lebar dari bahu (bisa diukur dalam posisi berdiri ataupun duduk).
16       = Lebar pinggul/ pantat.
17       = Lebar dari dada dalam keadaan membusung
18       = lebar perut.
19       = Panjang siku yang diukur dari siku sampai dengan ujung jari-jari dalam
          posisi siku tegak lurus.
20       = Lebar kepala.
21       = Panjang tangan diukur dari pergelangan sampai dengan ujung jari.
22       = Lebar telapak tangan.
23       = Lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar-lebar kesamping
          kiri-kanan (tidak ditunjukkan dalam gambar).
24       = Tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri tegak, diukur dari lantai
          sampai dengan telapak tangan yang terjangkau lurus keatas (vertical).
25       = Tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak, diukur seperti
          halnyano 24 tetapi dalam posisi duduk (tidak ditunjukkan dalam
          gambar).
26       = Jarak jangkauan tangan yang terjulur kedepan diukur dari bahu sampai
          ujung jari tangan.
Data antropometri dibuat dengan ukuran tubuh laki-laki dan perempuan, harga rata-rata ( ), standard deviasi ( , x) serta percentile tertentu ( 5-th, 95-th, dan sebagainya).
10.    Melakukan Pengukuran Waktu.
Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati dan mencatat waktu-waktu kerjanya baik setiap elemen ataupun siklus dengan menggunakan alat-alat yang telah disiapkan diatas. Untuk memperjelas antara subgroup dan waktu, akan kami berikan sbb :[7]
Tabel 3.1 Pengukuran waktu
Pengukuran Ke
1
2
3
4
5
6
Waktu
14
10
12
11
10
9.5

 Langkah-langkah dalam menentukan pengukuran waktu :
a.    Hitung rata-rata dari harga rata-rata subgroup :
Dimana :      = harga rata-rata dari subgroup
                                    K   = banyaknya subgroup yang terbentuk
b.    Menghitung Standar Deviasi
           Untuk jumlah data > dari 30
                   Untuk jumlah data < dari 30
                  Dimana : N = jumlah data
c.     Menghitung standar deviasi dari distribusi harga rata-rata sub group :
                 
                  Dimana : n = jumlah pengamatan
d.    Menghitung nilai Z table (
                 
                   Dimana :  = tingkat kepercayaan
e.     Tentukan batas kontrol atas dan bawah untuk uji keseragaman data :
                  BKA =
                  BKB =       
f.     Lakukan test kecukupan data, jika dikatakan data cukup N’                                   
g.    Menghitung waktu silus :
                  WS =
h.    Menghitung waktu normal :  WN = WS x P
          Dimana, p = faktor penyesuaian

i.      Menghitung waktu baku : WB = WN + (WN x A )
          Dimana, A = allowance
E.            Pengertian dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja
Konsep produktivitas kerja dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu dimensi individu dan dimensi organisasian. Dimensi individu melihat produktivitas dalam kaitannya dengan karakteristik-karakteristik kepribadian individu yang muncul dalam bentuk sikap mental dan mengandung makna keinginan dan upaya individu yang selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas kehidupannya. Sedangkan dimensi keorganisasian melihat produktivitas dalam kerangka hubungan teknis antara masukan (input) dan keluaran (output). Oleh karena itu dalam pandangan ini, terjadinya peningkatan produktivitas tidak hanya dilihat dari aspek kuantitas, tetapi juga dapat dilihat dari aspek kualitas. Kedua pengertian produktivitas tersebut mengandung cara atau metode pengukuran tertentu yang secara praktek sukar dilakukan. Kesulitan-kesulitan itu dikarenakan, pertama karakteristik-karakteristik kepribadian individu bersifat kompleks, sedangkan yang kedua disebabkan masukan-masukan sumber daya bermacam-macam dan dalam proporsi yang berbeda-beda. Produktivitas kerja sebagai salah satu orientasi manajemen dewasa ini, keberadaannya dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap produktivitas pada dasarnya dapat diklasifikasikan kedalam dua jenis, yaitu pertama faktor-faktor yang berpengaruh secara langsung, dan kedua faktor-faktor yang berpengaruh secara tidak langsung.[3]


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN


A.    Obyek Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada UD. Cendrawasih di Desa Segoroyoso Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul Yogyakarta untuk proses produksi krupuk kulit, kususnya pada pengadukan pada proses penggorengan tahap awal.

B.     Alat yang digunakan
Untuk memperlancar dalam pengambilan data, maka diperlukan beberapa alat sebagai berikut :
1.     Meteran
2.     Kamera
3.     Alat tulis

C.    Tahapan Penelitian
1.     Observasi Awal
Survey dilakukan untuk melihat kondisi secara langsung terhadap obyek penelitian, permasalahan yang terjadi dan metode yang diterapkan.
2.     Identifikasi Masalah
Melakukan pengenalan terhadap masalah yang relevan dengan topik penelitian, yang merupakan kumpulan dari berbagai masalah yang ada dilapangan.
3.     Rumusan Masalah
Berisi tentang rumusan permasalahan yang akan diteliti atau yang akan diselesaikan melalui penelitian yang dilaksanakan
.
4.     Pengumpulan Data
a.       Teknik Pengumpulan Data
1)          Data Primer
Data yang langsung diperoleh dari sumbernya melalui pengamatan dan pencatatan langsung, antara lain :
a)      Ukuran dimensi tubuh pekerja serta ukuran peralatan kerja                       (alat penggoreng dan pengaduk krupuk kulit) yang digunakan pekerja.
b)      Waktu dalam proses penggorengan.
2)          Data Sekunder
Data yang diperoleh melalui referensi tertentu atau literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitian.
b.      Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data, sebagai berikut :
1)        Metode Interview
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara kepada pekerja .
2)        Metode Observasi
Metode ini dilakukan dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap kegiatan seperti: proses penggorengan dan hasil penggorengan.
3)        Studi Pustaka
Pengambilan dan pengumpulan data diperoleh dari literatur atau referensi buku-buku yang relevan dan mendukung penelitian yang dilakukan.

5.      Pengujian Data
Setelah data yang dibutuhkan sudah terkumpul, maka dilakukan pengujian data sebagai berikut :

a.       Uji Normalitas Data
Analisis ini digunakan untuk mengetahui apakah data yang akan diolah berdistribusi normal? jika data sudah normal maka data bisa diolah.
b.      Uji Keseragaman Data
Analisis ini dilakukan berdasarkan hasil perhitungan BKA dan BKB. Jika ditemukan adanya data ekstrim atau data yang keluar dari batas kontrol, maka data tersebut tidak dipergunakan dalam perhitungan. Selanjutnya dihitung lagi kecukupan datanya dan dibuat batas kontrol atas dan bawah sampai tidak ada data yang keluar dari batas yang telah ditetapkan.
c.       Uji Kecukupan Data
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui cukup atau tidaknya data observasi yang telah dikumpulkan. Rumus yang digunakan dalam uji kecukupan data ini adalah rumus pada persamaan. Jika jumlah observasi yang seharusnya dilakukan (N’) lebih kecil atau sama dengan jumlah observasi yang dilakukan (N) maka data mencukupi (N’<N). Sebaliknya, jika N’>N maka harus dilakukan penambahan observasi lagi sampai data tercukupi.
6.     Pengolahan Data
Pengolahan data yang dilakukan pada penelitian ini meliputi :
a.       Data Denyut Jantung
Setelah dilakukan pemgumpulan data, maka dilakukan pengolahan data denyut jantung sebelum dan setelah kerja dari uji normalitas, uji keseragaman data, hingga uji kecukupan data. Jika semua uji memenuhi kriteria pengujian maka dilakukan perhitungan konsumsi oksigen dan konsumsi energi.


b.      Data Antropometri
Setelah dilakukan pengumpulan data, maka dilakukan pengolahan data antropometri untuk mengetahui ukuran-ukuran yang digunakan dalam melakukan perancangan alat penggoreng dan pengaduk krupuk kulit. Pengolahan data ini juga sama dengan pengolahan data denyut jantung yaitu uji normalitas, uji keseragaman data, uji kecukupan data kemudian dilanjutkan perhitungan persentil.
c.       Data Waktu Kerja Operator
       Pegolahan data waktu kerja operator digunakan untuk mengetahui dan menganalisa perbandingan waktu antara sebelum dan sesudah perancangan alat penggoreng dan pengaduk krupuk kulit. Pengolahan data ini akan menunjukan produktivitas dari alat tersebut.
d.      Data Kuisioner
Untuk mengetahui tingkat ketidak nyamanan pekerja dalam bekerja sebelum atau sesudah perancangan.
e.       Data pemilihan Bahan
Pengolahan data ini dilakukan untuk digunakan sebagai perbandingan bahan yang akan digunakan sehingga tepat dalam pemilihan dari segi ekonomi, fungsi, serta kekuatan bahan.

7.     Perancangan Alat Pengaduk Krupuk Kulit
Perancangan ulang dilakukan setelah terkumpul data-data mengenai ukuran alat pengaduk yang diambil dari hasil pengolahan data antropometri dan melihat dari permasalahan yang terjadi.

8.     Implementasi Alat Penggoreng dan Pengaduk Krupuk Kulit
Selanjutnya hasil perancangan alat Penggoreng dan Pengaduk Krupuk Kulit, di uji coba atau digunakan oleh perusahaan  sebagai pengganti alat penggoreng sebelumnya kemudian dibandingkan hasil yang diperoleh.
9.     Analisa Data untuk mengetahui hasil dari penelitian ini, maka peneliti melakukan perbandingan hasil dari mesin yang sebelumnya dengan alat hasil rancangan.

10. Kesimpulan dan Saran dalam tahap ini dikemukakan pokok-pokok pikiran hasil pembahasan yang berkaitan dengan butir-butir rumusan masalah serta beberapa saran.














D.    Kerangka Pemecahan Masalah

Mulai
Observasi Awal
Identifikasi Masalah
Perumusan Masalah
Studi Literatur
Studi Lapangan
Pengumpulan Data
Pengumpulan Data Waktu Proses
Waktu Proses
Uji Normalitas
Pengumpulan Data Denyut Jantung
Normal ?
Tidak
Ya
Uji Keseragaman Data
Seragam ?
Uji Kecukupan Data
Ya
Tidak
N’< N  ?
Tidak
Ya
Pengolahan Data
A
Pengumpulan Data Antropometri


Perancangan Data
A
Implementasi Data
Layak?


Ya
Tidak
Analisa Hasil Implementasi
Produksi Rancangan
Selesai
 









Gambar 3.1. Flowchart Penelitian
 

DAFTAR PUSTAKA

[1]. Gupta T, 1994, Analysing Material Handling Needs in Concurrent / Simultaneous Engineering, International Journal of Operations and Production Management, Vol.14, No.9, pp 68-82.

[3]. Kusnendi. Judul Buku Ekonomi Smber Daya Manusia. 2008. Pakde Sofa : Bandung
[4]. Lindbeck dan Wygant. Judul Buku Design Industrial Concurrent engineering Production  planning. 1995: Index
[5]. Nurmianto Eko. Judul Buku Antropometri Tubuh Manusia. 2003. Guna Widya: Surabaya
[6]. Pulat BM. Judul Buku Fundamentals of Industrial Ergonomics. 1992 Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.
[7]. Wingjosoebroto Sritomo. Judul Buku Ergonomi Studi Gerak dan Waktu. 2003. Guna Widya: Surabaya























Lampiran 1. Tabel Jumlah permintaan dan jumlah produksi pada bulan April sampai Juni
Periode
Krupuak Kulit
Permintaan(kg)
Produksi(kg)
Kekurangan(kg)
April
134
123
11
Mei
155
130
25
Juni
146
129
17
Rata-rata
145
127
17

(Sumber: UKM Cendrawasih, 2013)