METODOLOGI PENELITIAN
PERANCANGAN
ULANG ALAT PENGADUK KRUPUK KULIT DALAM PROSES PENGGORENGAN TAHAP AWAL YANG
ERGONOMIS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS
(Studi Kasus di Perusahaan UD. Cendrawasih Pleret
Yogyakarta)

DISUSUN
OLEH :
BAGAS WICAKSA SADEWA (10019013)
PROGRAM
STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS
TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS
AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Melalui
perancangan dan pengembangan produk dalam
menciptakan peralatan akan mendukung dalam proses produksi untuk
menghasilkan output yang lebih baik. Dari inovasi tersebut diharapkan mampu
mengantisipasi persaingan didalam dunia usaha. Dengan rancangan alat yang
memperhatikan faktor-faktor manusia diharapkan alat yang dirancang dapat
dioperasikan dengan nyaman dan aman yang berkaitan dengan karakteristik manusia
sebagai segmen utama bagi pemakai.
UKM
Cendrawasih merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi krupuk kulit di Desa
Segoroyoso Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul Yogyakarta untuk proses produksi
mulai dari pengolahan bahan baku krupuk kulit sampai proses pengeringan bahan
setengah jadi, masih menggunakan peralatan-peralatan yang sederhana. Dengan
kondisi kerja yang sekarang ini, yaitu pada proses pengadukan yang masih
memanfaatkan bambu yang digerakan dengan tangan atau manual. Sehingga
menimbulkan beberapa keluhan pekerja sering merasakan pegal-pegal pada leher, nyeri
pada punggung, pergelangan tangan dan mudah kelelahan,
Berdasarkan faktor-faktor
tersebut, maka diperlukan sebuah perancangan ulang alat pengaduk krupuk kulit
yang ergonomis untuk memberikan kenyamanan dalam bekerja dan juga untuk
meningkatkan produktivitas. Secara jelas proses pengadukan dapat dilihat pada
gambar 1.
Gambar
1 . Proses Pengadukan dalam Penggorengan Tahap Awal
(Sumber: UKM Cendrawasih, 2013)
Dari
data permintaan dan data produksi pada bulan April sampai Juni mengalami
keterlambatan pemenuhan permintaan dikarenakan jumlah permintaan lebih besar
dari pada jumlah produksinya, dengan
kekurangan pemenuhan permintaan sebanyak 17 kg.
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan di
atas, maka dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut :
1. Keterbatasan kemampuan alat yang digunakan pekerja
pada saat proses penggorengan kulit masih manual dan tidak ergonomis sehingga
hasil kerja tidak maksimal, didapat jumlah rata-rata pada 3 periode bulan April sampai Juni dengan kekurangan pemenuhan permintaan sebanyak 17kg.
2. Alat yang digunakan pekerja untuk mengaduk kulit masih
menggunakan bambu yang pendek sehingga membuat operator
membungkuk dalam bekerja.
Karna proses pengadukan cukup lama, pekerja sering merasakan pegal-pegal pada leher,
nyeri pada punggung, pergelangan tangan dan mudah kelelahan.
C.
Batasan Masalah
Untuk
membatasi permasalahan agar menjadi lebih terperinci, maka peneliti membatasi
permasalahan beberapa batasan masalah, sebagai berikut :
1.
Obyek
penelitian dilakukan pada bagian proses penggorengan krupuk kulit di UKM
Cendrawasih di Desa Segoroyoso Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul Yogyakarta.
2.
Alat
yang akan dirancang adalah alat pengaduk dalam proses penggorengan krupuk kulit
pada tahap awal, karena pada tahap ini proses pengadukannya masih manual.
3.
Data permintaan yang digunakan adalah data permintaan selama 3 periode pada bulan April sampai Juni, di UKM Cendrawasih di Desa Segoroyoso Kecamatan Pleret
Kabupaten Bantul Yogyakarta.
D.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah,
maka dapat dibuat rumusan masalahnya sebagai berikut :
1.
Bagaimana merancang alat pengaduk krupuk kulit dengan
pendekatan ergonomi sehingga memberikan kenyamanan bagi operator?
2.
Berapa besar penurunan tingkat kelelahan
operator setelah perancangan ulang alat pengaduk krupuk kulit?
3.
Berapa besar peningkatan produktivitas
setelah perancangan ulang alat
pengaduk krupuk kulit?
E.
Tujuan Perancangan
1.
Merancang alat pengaduk krupuk kulit dengan
pendekatan ergonomi dengan harapan mampu menciptakan kenyamanan operator dalam
bekerja.
2.
Dapat mengurangi keluhan operator dari
gangguan pada beberapa bagian tubuh yang akan berakibat pada jangka panjang.
3.
Mengetahui seberapa besar peningkatan
produktivitas operator.
F.
Manfaan Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai dari perancangan alat
pengaduk krupuk kulit ini adalah:
1.
Memperoleh hasil rancangan pengaduk krupuk kulit yang ergonomis
sehingga memberikan kenyamanan pada operator.
2.
Bagi operator dapat mengurangi gangguan
pada bagian tubuh yang berakibat pada jangka panjang.
3.
Bagi perusahaan dapat meningkatkan
produktivitas untuk memenuhi
target yang ingin dicapai.
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Kajian
Pustaka Terdahulu
Dalam melakukan sebuah penelitian,
kajian pustaka dari penelitian terdahulu sangat penting karena
diperlukan untuk mendukung jalannya penelitian yang akan dilakukan.
Charisatul Id Arrizqi melakukan penelitian pada tahun 2001 dengan
judul “Rancang Bangun Mesin
Pengaduk Pakan Ternak Berbentuk Butiran-Butiran Kecil”. Penyusunan laporan dilaksanakan
dengan menggunakan metode “studi kasus”. Alat-alat yang digunakan pada saat ini
masih sederhana, sehingga produk yang dihasilkan tidak optimal. Maka dari itu
dirancang mesin pengaduk pakan ternak berbentuk butiran-butiran kecil, supaya menjadi
peralatan modern dengan menggunakan rekayasa teknologi untuk hasil yang efektif
dan efisien. Prinsip kerja mesin pengaduk pakan ternak dapat dijelaskan sebagai
berikut, motor listrik yang memiliki kecepatan putaran 1450 rpm dihidupkan,
maka putaran dari motor listrik akan memutar pulley dan sabuk transmisi akan
menggerakkan gear pada gearbox/reducer (rasio 1:20) yang mengakibatkan
putaran poros mesin berputar secara pelan ± 72,5 rpm. Poros tersebut akan
memutar sudut (pengaduk) yang terpasang pada poros. Dengan mekanisme seperti
ini maka bekatul dimasukkan ke tabung kemudian diaduk hingga tercampur. Setelah
bekatul tercampur secara merata kemudian tabung dituang dengan menggunakan tuas
manual yang menggunakan tenaga manusia. Volume tabung kurang dari 0,068 m3 berisikan
bekatul mampu diaduk dan tercampur secara merata menggunakan daya motor 2,26 hp
- 3 hp. Volume tabung kurang dari 0,034 m3 berisikan bekatul mampu diaduk
dan tercampur secara merata menggunakan daya motor 0,5 hp.
Hilal Syahriza Arifin Lubis. melakukan penelitian pada tahun 2008 dengan judul “Uji
RPM Alat Pengaduk Untuk Pembuatan Dodol” . Penelitian
ini dilakukan di Laboratorium Teknik Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Sumatra Utara pada bulan januari-Februari 2008. Penelitian ini
menggunakan metode perancangan percobaan Rancangan acak lengakap (RAL) non
factorial yang terdiri dari satu faktor yaitu RPM alat pengaduk. Hasil dari perancangan alat
pengaduk untuk pembuatan dodol memberikan
kesimpulan bahwa, kapasitas rata-rata alat yang tertinggi terdapat pada
perlakuan A yaitu sebesar 3,61 k9/jam, sedangkan kapasitas rata-rata alat
terendah terdapat pada perlakuan C yaitu sebesar 2,88 kg/jam. Efisiensi
rata-rata alat yang tertinggi terdapat pada perlakuan A yaitu sebesar 29,25%
dan efisiensi rata-rata terendah terdapat pada perlakuan C dengan efisiensi
sebesar 4,34%.
Penelitian yang dilakukan sekarang adalah melakukan perancangan ulang
fasilitas kerja berupa alat pengaduk krupuk kulit pada
saat proses penggorengan tahap awal, yang selanjutnya akan dijemur sampai
kering, kemudian masuk proses penggorenagan tahap terakhir sampai menjadi
produk yang siap dijual. Perancangan alat pengaduk krupuk kulit dalam proses
penggorengan tahap awal yang ergonomis
akan
mampu mengurangi tingkat kelelahan operator yang diakibatkan oleh alat yang
digunakan pekerja kurang ergonomis sehingga produktivitas kerja akan meningkat. Beberapa hal yang membedakan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti dengan penelitian terdahulu, disajikan dalam bentuk
tabel berikut ini :
Tabel 1I.1. Perbandingan
Kajian Pustaka
No
|
Peneliti/ Tahun
|
Permasalahan
|
Kerangka Pemecahan
|
Hasil
|
Tempat Penelitian
|
1.
|
Charisatul Id Arrizqi, 2001
|
Alat pengaduk pakan ternak yang kurang ergonomis
|
Rancang
Bangun Mesin Pengaduk Pakan Ternak Berbentuk Butiran-Butiran Kecil
|
Mesin dengan daya motor
listrik 0,5 hp alat ini mampu mengaduk bekatul secara merata dengan volume kurang
dari 0,068 m3 dalam waktu 1 menit 16 detik
|
Penyusunan
laporan dilaksanakan dengan menggunakan metode studi kasus
|
2.
|
Hilal Syahriza Arifin Lubis, 2008
|
Uji RPM
Alat Pengaduk Untuk Pembuatan Dodol
|
Perancangan percobaan Rancangan acak lengakap (RAL) non factorial yang
terdiri dari satu factor yaitu RPM alat pengaduk
|
Kapasitas rata-rata alat yang tertinggi
terdapat pada perlakuan A yaitu sebesar 3,61 k9/jam, sedangkan kapasitas
rata-rata alat terendah terdapat pada perlakuan C yaitu sebesar 2,88 kg/jam
|
Laboratorium
Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara
|
3.
|
Bagas
Wicaksa S, 2012
|
Alat yang
digunakan pekerja untuk mengaduk kulit dalam proses penggorenaganmasih
menggunakan bambu yang pendek dan tidak ergonomis sehingga
membuat operator membungkuk dalam bekerja
|
Perancangan ulang alat pengaduk krupuk kulit dalam proses penggorenagan
pada tahap awal yang ergonomis untuk meningkatkan produktivitas
|
UKM Cendrawasih di Desa Segoroyoso Kecamatan Pleret
Kabupaten Bantul Yogyakarta
|
Berdasarkan
tabel diatas, faktor yang membedakan penelitian sebelumnya dengan penelitian
sekarang adalah pada alat dan input bahan yang akan diproses, pada penelitian
diatas bahan yang diinput berupa pakan ternak, dan bahan pembuatan dodol.
Penelitian sekarang berupa kulit sebagai bahan inputnya yang akan diproses
dijadikan krupuk.
B.
Pengertian
Produk.
Produk adalah segala sesuatu yang
ditawarkan kepada suatu pasar untuk memenuhi keinginan atau kebutuhan. Segala
sesuatu yang termasuk ke dalamnya adalah barang berwujud, jasa, events, tempat, organisasi, ide ataupun
kombinasi antara hal-hal yang baru saja disebutkan. Siswanto Sutojo
mengemukakan bahwa ada beberapa faktor penting yang wajib diperhatikan
perusahaan dalam menyusun strategi produk mereka.[2]
1.
Faktor pertama adalah
strategi pemilihan segmen pasar yang pernah mereka tentukan sebelumnya.
2.
Adapun faktor kedua
adalah pengertian tentang hakekat produk di mata pembeli.
3.
Faktor ketiga adalah
strategi produk pada tingkat kombinasi produk secara individual, pada tingkat
seri produk dan pada tingkat kombinasi produk secara keseluruhan.
4.
Adapun faktor keempat
adalah titik berat strategi pemasaran pada tiap tahap siklus kehidupan produk.
Berdasarkan fungsinya produk dibedakan
menjadi tiga level.
a.
Level pertama adalah core product yaitu suatu produk yang
fungsinya merupakan alasan dasar konsumen untuk membelinya. Contoh sederhana
dari core product adalah pakaian,
fungsinya dasarnya untuk melindungi tubuh manusia.
b.
Actual
product adalah fitur-fitur yang ada pada
produk untuk menambah nilainya. Misal desain yang menarik, nama merek, dan
kemasan.
c.
Augmented
product adalah tambahan manfaat-manfaat
yang tidak terpikirkan oleh konsumen tapi akan memberi kepuasan bagi mereka,
seperti garansi.
Produk juga digolongkan berdasarkan
tujuan konsumen membeli barang secara umum. Produk yang dibeli oleh konsumen
untuk kepentingan sendiri disebut consumer
product. Produk yang dibeli oleh konsumen untuk kepentingan organisasi atau
bisnisnya disebut business atau industrial
product. Produk bisnis bisa dikatakan sebagai produk yang dibeli untuk
dijual lagi.[2]
Consumer product
dibedakan menjadi tiga yaitu :
1.
Convinience
product adalah produk yang sering dibeli
langsung, harganya rendah, biasanya kegiatan promosi dilakukan melalui mass
advertising.
2.
Shopping
product adalah produk sekunder yang
harganya lebih mahal daripada convenience product. Produk jenis ini digunakan untuk
memenuhi kebutuhan sekunder manusia. Dalam proses pembeliannya, orang
memerlukan waktu untuk membandingkan baik dengan cara survei maupun tes.
3.
Unsought
product adalah produk yang sering tidak
terpikir untuk dibeli konsumen, contohnya asuransi, tanah kuburan, dan
ensiklopedi. Barang industrial dibagi menjadi tiga golongan yaitu bahan baku
dan bahan pembantu, bahan pendukung, dan barang modal.
Dari berbagai faktor yang diperhatikan
perusahaan dalam menyusun strategi produk tingkat produk individual, tiga
diantaranya perlu mendapat perhatian khusus. Ketiga faktor tersebut adalah
atribut produk, penggunaan merek dagang, dan kemasan.
Sebagian bear perusahaan menghasilkan
lebih dari satu seri produk. Tiap seri produk seringkali terdiri lebih dari
satu jenis produk. Sayangnya tidak semua seri dan jenis produk memberikan
sumbangan hasil penjualan dan keuntungan yang sama. Oleh karena itu,
pengelolaan tiap seri dan jenis produk juga tidak sama. Kapasitas produk
menyumbang keuntungan ditentukan oleh jumlah satuan produk yang terjual tiap
masa tertentu dan besarnya contribution margin. Contribution margin adalah selisih antara harga jual per satuan
produk dan biaya variabelnya .
Karena berbagai macam alasan perusahaan
dapat memutuskan memperluas usaha bisnisnya. Upaya perluasan bisnis tersebut
dapt dilakukan dengan memproduksi produk baru dengan mutu, bentuk, ukuran dan
harga yang lebih rendah dari produk lama. Strategi menambah jenis produk baru
seperti ini disebut downward stretching yaitu memproduksi produk yang mutu,
bentuk dan harganya lebih tinggi dari produk lama. Di samping itu perusahaan
juga dapat memperluas usahanya dengan jalan product
line-filling, yaitu menambah jenis produk bau pada seri-seri produk yang
sudah berjalan .
Hal lain yang wajib diperhatikan
perusahaan dalam menyusun produk adalah adanya kenyataan bahwa setiap jenis
produk mempunyai siklus kehidupan yang terdiri dari empat tahap. Keempat, tahap
pertumbuhan, tahap kematangan dan tahap penurunan. Masing-masing tahap siklus
kehidupan produk memerlukan strategi pemasaran yang berbeda.[2]
C.
Proses Definisi Produk yang Diuraikan adalah
sebagai berikut :
1.
Rancangan ( Design)
Menurut lindbeck dan
Wygant 1995 mencoba mereview beberapa
pengertian-pengertian tentang rancangan melalui studi literature sebelumnnya
dan perkembangannya yang ada sebagai berikut :[4]
a.
Rancangan adalah pencaharian bagi penyederhanaan dan permintaan (kebutuhan).
b.
Rancangan adalah konsep dari kebutuhan dan pengaturannya.
c.
Rancangan adalah proses dari penciptaan barang-barang hasil dari
kecerdasaan menusia yang memperlihatkan suatu kebutuhan hal baru secara fisik,
pengaturan, dan bentuk sebagai respon terhadap fungsinya.
d.
Rancangan adalah suatu kesadaran dan usaha intuitif kebutuhan ke depan
terhapad fungsi, material, dan kebutuhan visual dari suatu masalah.
e.
Rancangan adalah suatu pengungkapan kebutuhan dan pengaturan, yang
merupakan suatu ekspresi pencaharian manusia dimanapun terhadap kebutuhannya.
f.
Rancangan mengungkapkan suatu permintaan, pengertian-pengertian, dan
suatu tujuan yang jelas.
g.
Rancangan adalah merupakan suatu penyelesaian masalah kreatifitas.
Dari
semua gambaran tentang pengertian rancangan diatas dapat diungkapkan bahwa
rancangan adalah suatu ekspresi kebutuhan manusia terhadap produk dan usaha
dalam menghasilkan sesuatu yang berguna. Oleh karena itu akhirnya Lindbeck dan
Wygant memberikan suatu pengertian rancangan sebagai suatu kesadaran, proses manusia dalam merencanakan hal-hal
yang bersifat fisik yang memperlihatkan bentuk baru sebagai respon terhadap
beberapa penyelesaian kebutuhan sebelumnya
2.
Proses Rancangan (Design Procecc)
Menurut Gupta dan Murthy 1980, pengertian
rancangan memerlukan aspek penting dari suatu proses awal sampai akhir yang
melibatkan tes optimalistasnya. Proses rancangan memberi arti pada suatu usulan
jalan bagi suatu penyelesaian bersama antara interaksi manusia dan buatannya
atau suatu usulan terhadap perubahan (perbaikan) hubungan antara manusia
buatannya untuk pemenuhan optimalnya sesuai kebutuhan spesifik manusia (beserta
variable-variabelnya). Jadi proses rancangan adalah untuk menciptakan
sesuatu (bisa berupa produk ataupun peralatan kerja) yang fungsinya dikehendaki
untuk meningkatkan kesejahteraan manusia maupun untuk menambah kemampuan kerja
manusia. Sehingga melalui proses perancangan produk semua faktor yang bersangkutan dengan karakteristik manusia yang berupa
kelebihan maupun kekurangan atau keterbatasannya akan diperhatikan.[1]
3.
Integrasi Manusia-Rancangan
Seorang perancang haruslah bisa mengintergrasikan semua aspek
manusiawi tersebut dalam rancangan-rancangan produknya dalam sebuah konsep yang
dikenal sebagai “ Human Integrated Design”.[4]
D.
Ergonomi
Pullat
1992, menyebutkan sasaran utama ergonomi adalah perancangan objek (produk),
peralatan, dan mesin-mesin bagi penggunaan efektif manusiannya. Kata-kata
penggunaan bagi manusia ini menunjukan pada suatu pemfokusan terhadap faktor
manusia sebagai sentral kunci kesuksesan operasional suatu produk dalam sistem
kerja. Disamping itu juga seorang perancang perlu menyadari bahwa setiap produk
memerlukn informasi detail dari yang menunjuk pada suatu sistem rancangan
dengan kelebihan dan keterbatasan manusia yang akhirnya hasil rancangan
tersebut dapat digunakan seefektif mungkin oleh manusia.
Oleh karena itu konsep HID mengakibatkan optimalisasi rancangan produk
bisa diperoleh kerena disini variable-veriabel operasional dan factor interaksi
manusia dengan sistem
(produk, mesin atau alat-alat, lingkungan)
yang lain sudah diintegrasikan dalam teknologi produk (baik hardware maupun software) yang dirancang.[6]
1.
Sejarah Perkembangan Ergonomi.
Pada zaman dahulu ketika manusia masih hidup dalam lingkungan alam
asli, kehidupan manusia sangat tergantung pada kegiatan tangannya. Alat-alat,
perlengkapan-perlengkapan, atau rumah-rumah sederhana, dibuat hanya sekedar
untuk mengurangi ganasnya alam pada saat itu. Perubahan waktu, walaupun secara perlahan-lahan telah merubah manusia
dari keadaan primitive menjadi manusia yang berbudaya. Kejadian ini antara lain
terlihat pada perubahan rancangan peralatan-peralatan yang dipakai, yaitu mulai
dari batu yang tidak berbentuk menjadi batu yang mulai berbentuk dengan
meruncingkan beberapa bagian dari batu tersebut. Perubahan pada alat sederhana
ini menunjukan bahwa manusia telah sejak awal
kebudayannya berusah memperbaiki alat-alat yang dipakai untuk memudahkan
pemakaiannya. Hal ini terlihat pada alat-alat batu runcing yang bagian atasnya
dipahat tepat sebesar genggaman sehingga lebih memudahkan dan menggerakkan
pemakaiannya.
Pada dasarnya, Ergonomi ialah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk
memanfaatkan informasi-informasi sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui
pekerjaan itu, dengan efektif, aman dan nyaman. Manusia dengan segala sifat dan tingkah lakunya merupakan mahluk yang
sangat komplek. Untuk mempelajari manusia, tidak cukup ditinjau dari segi ilmu
saja. Oleh sebab itulah untuk mengembangkan Ergomoni diperlukan dukungan dari
berbagai disiplin, antara lain Psikologi, Antropologi, Faal Kerja, Biologi,
Sosiologi, Perencanaan Kerja, Fisika, dan lain-lain. Masing-masing disiplin
tersebut berfungsi sebagai pengetahuan umum untuk merancang fasilitas
sedemikian rupa sehingga kegunaannya optimal.
Manusia yang merupakan salah satu komponen sistem kerja, perlu mendapatkan perhatian khusus, karena sifatnya yang
kompleks. Ergonomi yang merupakan ilmu tersendiri yang mempelajari karakteristik dan tingkah laku,
pada mulanya menerapkan informasi ini untuk mengembangkan peralatan-peraltan
militer. Hal ini disebabkan karena pada mulanya ergonomi berkembang didunia
kemiliteran. Sekarang para ahli Ergonomi sudah memperluas perhatiannya ke
bidang sipil diantaranya perancangan jalan-jalan raya, fasilitas-fasilitas
kesehatan, perumahan dan arsitektur, pengendalian polusi, lapangan terbang dan
fasilitas-fasilitas lainnya yang banyak berhubungan dengan manusia [5]
2. Manusia Sebagai Komponen Sistem Manusia-Mesin
Yang
dimaksud dengan system manusia-mesin disini ialah kombinasi antara satu atau
beberapa manusi dengan satu atau beberapa “mesin” dimana salah satu mesin
dengan lainnya saling berinteraksi untuk menghasikan keluaran-keluaran
berdasarkan masukan-masukan yang diperoleh. Yang dimaksud dengan mesin dalam
rangka ini adalah mempunyai arti luas, yaitu mencangkup semua objek seperti
peralatan, perlengkapan, fasilitas dan benda-benda yang bisa digunakan dalam
melaksanakan kegiatannya.[7]
3. Manusia Sebagai Penyalur Informasi
Yang
dimaksud dengan display disini ialah
bagian dari lingkungan yang perlu memberikan informasi kepada pekerja agar
tugas-tugasnya menjadi lancar. Arti informasi disini cukup luas, menyangkut
semua rangsangan yang diterima oleh indra manusia baik langsung ataupun tidak
langsung, biasanya berbewntuk energi, seperti cahaya, panas, tekanan,
gelombang, dan lain-lain.Sehubungan dengan lingkungan, display bisa dibagi dalam dua kelas yaitu display dinamis dan statis.[7]
a.
Display dinamis ialah yang menggambarkan perubahan menurut waktu sesuatu yang
variabelnya. Contohnya mikroskop dan speedometer.
b.
Display statis merupakan informasi tentang suatu yang tidak bergantung
terhadap waktu, misalnya yang menggambarkan suatu kota.
4.
Hasil Kerja Manusia dan Proses
Pengendaliannya
Setiap hari manusia selalu terlibat dengan kegiatan-kegiantannya
apakah itu bekerja ataupun bergerak kesemuanya memerlukan tenaga. Kemampuan
manusia untuk melaksanakan macam-macam kegiatannya tergantung pada struktur fisik
dari tubuhnya yang terdiri dari struktur tulang, otot-otot rangka, sistem saraf dan proses metabolisme. Kemampuan manusia
untuk melaksanakan macam-macam kegiatannya tergantung pada struktur fisik dari
tubuhnya yang terdiri dari struktur tulang, otot-otot rangka, sistem saraf dan proses metabolisme. Untuk mencari metode
pengukuran tentang semua kegiatan yang alami pekerja selama kegiatannya, dan
kemudian untuk menyebarkan informasi-informasi tersebut kedalam bentuk
angka-angka, diperlukan pendekatan secara ilmiah dan teknik.[5]
a. Mengukur Aktivitas Kerja Manusia
Yang dimaksud dengan mengukur aktivitas kerja manusia dalam rangka ini
adalah mengukur berapa besarnya tenaga kerja yang dibutuhkan oleh seorang
pekerja untuk melaksanakan pekerjaannya. Tenaga yang dikeluarkan tersebut bisa
diukur dalam satuan kilokalori. Secara umum criteria pengukuran aktivitas kerja
manusia dapat dibagi dalam dua kelas utama, yaitu criteria fisiologis dan
criteria operasional.[7]
b. Proses Terjadinya
Kelelahan
Kelelahan ini merupakan suatu pola yang timbul pada suatu keadaan,
yang secara umum terjadi pada setiap individu, yang telah tidak sanggup lagi
untuk melakukan aktivitasnya. Secara lebih jelas, terdapat tiga penyebab
timbulnya kelelahan fisik, yaitu :[7]
1)
Oksida glucose dalam otot
menimbulkan CO2 saerolactic, phosphati dan sebagainya dimana zat-zat
tersebut terikat dalam darah yang kemudian dikeluarkan waktu bernafas.
2)
Karbohidrat yang didapat dari makanan dirubah menjadi glukosa dan
disimpan dihati dalam bentuk glukogin.
3)
Dalam keadaan normal jumlah udara yang masuk melalui pernafasan
kira-kira 4 lt/menit, sedangkan dalam keadaan kerja keras dibutuhkan udara
kira-kira 15 lt/menit.
5.
Kondisi Lingkungan Kerja
Mempengaruhi Kegiatan Manusia
Manusia sebagai mahkluk yang paling sempurna, tidak luput dari
kekurangan; dalam arti kata segala kemampuannya dipengaruhi oleh beberapa faktor. Lingkungan kerja dimana manusia melaksanakan kegiatannya. Ini adalah lingkungan kerja berpengaruh terhadap hasil kerja manusia.[5]
a.
Temperatur
Dalam keadaan
normal, tiap anggota tubuh manusia mempunyai temperatur yang
berbeda-beda. Tubuh manusia bias menyesuaikan diri karena kemampuan untuk melakukan proses konveksi,
radiasi dan
penguapan jika terjadi kekurangan
atau kelebihan panasnya.
b.
Kelembaban
Yang dimaksud
kelembaban disini adalah banyaknya air yang terkandung dalam udara.
c.
Sirkulasi Udara
Udara sekitar
kita mengandung 21 % O
, 78 % N, 0,03 % CO
DAN 0,97 % gas lainnya 9campuran). Oksigen merupakan
gas yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup terutama untuk menjaga
kelangsungan hidup kita, yaitu untuk proses metabolisme.
d.
Pencahayaan
Pencahayaan
sangat mempengaruhi kemampuan manusia untuk melihat objek sangat jelas, cepat,
tanpa menimbulkan kesalahan. Kemampuan mata untuk dapat melihat objek sangat
jelas ditentukan oleh : ukuran objek, derajat kontras diantara objek dan sekelilingnya, luminensi, dan lamanya melihat.
e.
Kebisingan
Ada tiga aspek
yang menentukan kwalitas suatu bunyi yang bias menentukan tingkat gangguan
terhadap manusia yaitu, lama, intensitas, dan frekuensinya.
f.
Getaran Mekanis
Getaran mekanis
dapat diartikan sebagai getaran-getaran yang ditimbulkan oleh alat-alat
mekanis, yang sebagaian getaran ini sampai ketubuh kita dan menimbulkan
akibat-akibat yang tidak diinginkan oleh kita.
g.
Bau-bauan
Temperatur dan
kelembaban merupakan dua factor yang mempengaruhi kepekaan penciuman, oleh
karena itu pemakaian “air conditioning” yang tepat merupakan salah satu cara
yang bisa digunakan untuk menghilangkan bau-bauan yang mengganggu disekitar
tempat kerja.
h.
Warna
Warna tembok
ruangan, dimana warna ini selain berpengaruhi terhadap kemampuan mata untuk
melihat objek, juga warna ditempat sekitar kerja berpengaruh secara psikologis
bagi para pekerja.
6.
Ekonomi Gerakan
Berikut ini merupakan
bahasan tentang prinsip-prinsip ekonomi gerakan yang dihubungkan dengan tubuh
manusia dan gerakannya, pengaturan tata letak tempat kerja dan perancangan
peralatan.[2]
a.
Prinsip-prinsip
ekonomi gerakan dihubungkan dengan tubuh manusia dan gerakan-gerakannya.
b.
Prinsip-prinsip
ekonomi gerakan dihubungkan dengan pengaturan tata letak tempat kerja.
c.
Prinsip-prinsip
ekonomi gerakan dihubungkan dengan perancangan peralatan.
7.
Antropometri dan Aplikasinya dalam Perancangan Fasilitas Kerja.
Istilah Antropometri
berasal dari “anthro” yang berarti manusia dan “metri” yang berarti ukuran.
Secara definitive antropometri dapat dinyatakan sebagai satu studi yang
berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Manusia pada dasarnya akan
memiliki bentuk, ukuran (tinggi, lebar, dsb) berat dan lain-lain yang berbeda
satu dengan yang lainnya. Antropometri secara luas akan digunakan sebagai
pertimbangan-pertimbangan ergonomis dalam memerlukan interaksi manusia. Data
antropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luas antara lain
dalam hal :[7]
a.
Perancangan
areal kerja (work station, interioe
mobil, dll)
b.
Perancangan
peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas (tools) dan sebagainya.
c.
Perancangan
lingkungan kerja fisik.
Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa data antropometri akan menentukan bentuk, ukuran dan dimensi
yang tepat yang berkaitan dengan produk yang dirancang dan manusia yang akan
mengoperasikan atau menggunakan produk
tersebut. Dalam kaitan ini maka perancang produk harus mampu mengakomodasikan
dimensi tubuh dari populasi terbesar yang akan menggunakan produk hasil
rancangannya tersebut.
Secara umum
sekurang-kurangnya 90 % : 95 % dari populasi yang mejadi target dalam kelompok
pemakai suatu produk haruslah mampu menggunakan dengan selayaknya.. Pada
dasarnya peralatan kerja yang dibuat dengan mengambil referansi dimensi tubuh
tertentu jarang sekali bisa mengakomodasikan seluruh range ukuran tubuh dari populasi
yang akan memakainya. Kemampuan penyesuaian (adjustability) suatu produk merupakan satu prasyarat yang amat penting dalam proses perancangan
, terutama untuk produk-produk yang berorientasi ekspor.
a.
Data
Antropometri dan Cara Pengukurannya
Manusia pada umunya
akan berbeda-beda dalam hal bentuk dan dimensi ukuran tubuhnya. Di sini ada
beberapa factor yang akan mempengaruhi ukuran tubuh manusia, sehingga sudah
semestinya seorang perancang produk harus memperhatikan factor-faktor tersebut
yang antara lain.[7]
1)
Umur.
Secara umum dimensi
tubuh manusia akan tumbuh dan bertambah besar seiring dengan bertambahnya umur,
yaitu sejak awal kelahirannya sampai dengan umur sekitar 20 tahunan. Setelah
itu, tidak lagi akan terjadi pertumbuhan bahkan justru cenderung berubah
menjadi penurunan ataupun penyusutan yang dimulai sekitar umur 40 tahunan.
2)
Jenis kelamin (sex).
Dimensi ukuran tubuh
laki-laki umumnya akan lebih besar dibandingkan dengan wanita, terkecuali untuk
beberapa bagian tubuh tertentu seperti pinggul, dsb.
3)
Suku/bangsa (ethnic).
Setiap suku, bangsa
ataupun kelompok ethnic akan memiliki karakteristik fisik yang akan berbeda
satu dengan yang lainnya.
4)
Posisi tubuh (posture).
Posisi tubuh standard
harus diterapkan untuk survei pengukuran. Dalam kaitan dengan posisi tubuh
dikenal 2 pengukuran, yaitu :
a)
Pengukuran
dimensi struktur tubuh.
Di sini tubuh dalam
berbagai posisi standard dan tidak bergerak (tetap tegak sempurna). Istilah
lain dari pengukuran tubuh dengan cara ini dikenal dengan “ statis antropometri”.
Dimensi tubuh yang diukur dengan posisi tetap antara lain meliputi berat badan,
tinggi tubuh dalam posisi berdiri, maupun duduk, ukuran kepala, tinggi atau panjang lutut pada saat berdiri/duduk, panjang
lengan dan sebagainya. Ukuran dalam hal ini diambil dengan percentile tertentu
seperti 5% dan 95 % percentile.
b)
Pengukuran
dimensi fungsional tubuh
Hal pokok yang
ditekankan dalam pengukuran dimensi fungsional tubuh ini adalah mendapatkan
ukuran tubuh yang nantinya akan berkaitan erat dengan gerakan-gerakan nyata
yang diperlukan tubuh untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu. Cara
pengukuran semacan ini akan menghasilkan data “dynamic antropometry”. Antropometri dalam posisi tubuh melaksanakan
fungsinya yang dinamis akan banyak diaplikasikan dalam proses perancangan fasilitas
ataupun ruang kerja.
Selain faktor-faktor tersebut diatas masih ada pula beberapa
faktor lain yang mempengaruhi variabilitas ukuran tubuh
manusia seperti :
a.
Cacat tubuh,
dimana data antropometri di sini akan diperlukan untuk perancangan produk bagi
orang-orang cacat (kursi roda, kaki atau tangan palsu,
dll)
b.
Tebal atau tipisnya pakaian yang harus dikenakan, dimana faktor iklim
yang berbeda akan memberikan variasi yang berbeda-beda pula dalam bentuk
rancangan dan spesifikasi pakaian.
c.
Kehamilan (pregnancy), dimana kondisi semacam ini
jelas akan mempengaruhi bentuk dan ukuran tubuh (khusus perempuan). Hal
tersebut jelas memerlukan perhatian khusus terhadap produk-produk yang
dirancang bagi segmentasi seperti ini.
Akhirnya,
sekalipun segmentasi dari populasi yang ingin dituju dari rancangan suatu
produk selalu berhasil diidentifikasikan sebaik-baiknya berdasarkan faktor-faktor seperti yang telah diuraikan, namun
adanya variasi ukuran bukan tidak mungkin bias tetap dijumpai. Permasalahan
variasi ukuran sebenarnya akan mudah diatasi dengan cara merancang produk yang mampu
sesuai (adjustable) dalam suatu
rentang dimensi ukuran pemakainya.
8.
Aplikasi
Distribusi Normal dalam
Penetapan Data Antropometri
Dalam statistik,
distribusi normal dapat diformulasikan berdasarkan harga rata-rata (mean
) dan simpangan standardnya (
, x) dari data yang ada. Dari nilai yang ada tersebut,
maka “percentiles” dapat ditetapkan sesuai dengan table probabilitas distribusi
normal. Dengan percentile, maka yang dimaksudkan disini adalah suatu nilai yang
menunjukan prosentase tertentu dari orang yag memiliki ukuran pada atau dibawah
nilai tersebut. Sebagai contoh 95-th percentile akan menunjukan 95% populasi
akan berada pada atau dibawah ukuran tersebut, sedangkan 5-th percentile akan
menunjukan 5% populasi akan berada pada atau di bawah ukuran itu.
Dalam antropometri,
angka 95-th akan menggambarkan ukuran manusia yang “terbesar” dan 5-th
percentile sebaliknya akan menunjukan ukuran “terkecil”. Bilamana diharapkan
ukuran yang mampu mengakomodasikan 95% dari populasi yang ada, maka disini
diambil rentang 2,5-th dan 97,5-th percentile sebagai batas-batasnya.Pemakaian
nilai-nilai percentile yang umum diaplikasikan dalam
perhitungan data antropometri dapat dijelaskan dalam table 2.1 seperti berikut
ini.[7]
Tabel 2.1.
Macam Percentile dan
Cara Perhitungan dalam Distribusi Normal
Percentile
|
Perhitungan
|
1 – St
|
|
2.5 – th
|
|
5 – th
|
|
10 – th
|
|
50 – th
|
|
90 – th
|
|
95 – th
|
|
97.5
– th
|
|
99- th
|
(Sumber: Buku Ergonomi Studi Gerak dan Waktu, karangan
Wingjosoebroto Sritomo. 2003)
9.
Aplikasi Data
Antropometri dalam Perancangan Produk
atau Fasilitas Kerja.
Data antropometri yang
menyajikan data ukuran dari berbagai macam anggota tubuh manusia dalam
percentile tertentu fasilitas kerja akan sangat besar manfaatnya pada saat suatu
rancangan produk ataupun fasilitas kerja akandibuat. Agar rancangan suatu
produk nantinya bisa sesuai dengan ukuran tubuh manusia yang akan
mengoperasikannya, maka prinsip-prisip apa yang harus diambil didalam aplikasi
data antropometri tersebut harus ditetapkan terlebih dahulu seperti diuraikan
berikut ini :[5]
a.
Prinsip
perancangan produk bagi individu dengan ukuran yang ekstrim. Di sini rancangan produk agar bisa memenuhi 2
sasaran produk, yaitu
1.
Bisa sesuai
untuk ukuran tubuh manusia yang mengikuti klasifikasi ekstrim dalam arti
terlalu besar atau kecil bila dibandingkan dengan rata-ratanya.
2.
Tetap bisa
digunakan untuk memenuhi ukuran tubuh yang lain (mayoritas dari populasi yang
ada).
Agar bisa memenuhi
sasaran pokok tersebut maka ukuran yang diaplikasikan ditetapkan dengan cara, ntuk dimensi maksimum yang harus ditetapkan diambil berdasarkan
nilai percentile yang paling rendah (1-th, 5-th,10-th percentile) dari
distribusi data antropometri yang ada. Hal ini diterapkan sebagai contoh dalam
penetapan jarak jangkau dari suatu mekanisme kontrol
yang harus dioperasikan oleh seorang pekerja.
Secara umum aplikasi
data antropometri untuk perancangan produk ataupun fasilitas kerja akan
menetapkan nilai 5-th percentile untuk dimensi maksimum dan 95-th untuk dimensi minimumnya.
a.
Prinsip
perancangan produk yang biasa dioperasikan di antara rentang ukuran tertentu.
Di sini rancangan bisa dirubah-rubah
ukurannya sehingga cukup fleksibel dioperasikan oleh setiap orang yang memiliki
berbagai macam ukuran tubuh. Dalam kaitanya untuk mendapatkan rancangan yang
fleksibel, semacam ini maka data antropometri yang umum diaplikasikan adalah
dalam rentang nilai 5-th s/d 95-th percentile.
b.
Prinsip
perancang produk dengan ukuran rata-rata.
Dalam hal ini rancngan produk didasarkan
terhadap rata-rata ukuran manusia. Problem pokok yang dihadapi dalam hal ini
justru sedikit sekali mereka yang berbeda dalam ukuran rata-rata. Di sini
produk dirancang dan dibuat untuk mereka yang berukuran sekitar rata-rata,
sedangkan bagi mereka yang memiliki ukuran ekstrim akan dibuatkan rancangan
tersendiri. Ada beberapa saran atau rekomendasi yang
bias diberikan sesuai dengan langkah-langkah seperti berikut :
1)
Pertama kali
terlebih dahulu harus ditetapkan anggota tubuh yang mana yang nantinya akan
difungsikan untuk mengoperasikan rancangan tersebut.
2)
Tentukan dimensi
tubuh yang penting dalam proses perancangan tersebut, dalalm hal ini juga perlu
diperhatikan apakah harus menggunakan data structural
body dimension atau functional body
dimension.
3)
Selanjutnya
tentukan populasi terbesar yang harus diantisipasi, diakomodasikan dan menjadi
target utama pemakai rancangan produk tersebut. Hal ini lazim dikenal sebagai “market segmentation” seperti produk
mainan untuk anak-anak, peralatan rumah tangga untuk wanita, dll.
4)
Tetapkan prinsip
ukuran yang harus diikuti semisal apakah rancangan tersebut untuk ukuran
individual yan ekstrim, rentang ukuran yang fleksibel
(adjustable) ataukah ukuran
rata-rata.
5)
Pilih presentase
populasi yang harus diikuti ; 90-th, 95-th, 99-th ataukah nilai percentile yang
lain yang dikehendaki.
6)
Selanjutnya
pilih
atau tetapkan nilai ukurannya dari table
data antropometri yang sesuai. Aplikasikan data tersebut dan tambahkan faktor kelonggaran (allowance)
bila diperlukan seperti halnya tambahan ukuran akibat faktor tebalnya pakaian yang harus dikenakan oleh
operator, pemakaian sarung tangan (gloves),
dan lain-lain.
Selanjutnya
untuk memperjelas mengenai data antropometri bias diaplikasikan dalam berbagai
rancangan produk ataupun fasilitas kerja; maka dapat dilihat digambar berikut
ini :[5]
(Sumber:
Buku Antropometri Tubuh
Manusia, karangan Eko
Nurmianto. 2003)
Keterangan :
1
= Dimensi tinggi
tubuh dalam posisi tegak (dari lantai s/d ujung kepala).
2
= Tinggi mata
dalam posisi berdiri tegak
3
= Tinggi bahu
dalam posisi berdiri tegak
4
= Tinggi siku dalam
posisi berdiri tegak (siku tegak lurus)
5
= Tinggi kepalan
tangan yang terjulur dalam posisi berdiri tegak (dalam
gambar tidak
ditunjukkan).
6
= Tinggi tubuh
dalam posisi duduk (diukur dari alas tempat duduk/pantat
sampai dengan kepala)
7
= Tinggi mata
dalam posisi duduk
8
= Tinggi bahu
dalam posisi duduk
9
= Tinggi siku
dalam posisi duduk (siku tegak lurus)
10
= Tebal atau
lebar paha.
11
= Panjang paha
yang diukur dari pantat s/d ujung lutut.
12
= Panjang paha
yang diukur dari pantat s/d bagian belakang dari
lutut/betis.
13
= Tinggi lutut
yang bisa diukur baik dalam posisi berdiri
ataupun
duduk.
14
= Tinggi tubuh
dalam posisi duduk yang diukur dari lantai sampai
dengan paha.
15
= Lebar dari
bahu (bisa diukur dalam posisi berdiri ataupun duduk).
16
= Lebar pinggul/
pantat.
17
= Lebar dari
dada dalam keadaan membusung
18
= lebar perut.
19
= Panjang siku
yang diukur dari siku sampai dengan ujung jari-jari dalam
posisi siku tegak
lurus.
20
= Lebar kepala.
21
= Panjang tangan
diukur dari pergelangan sampai dengan ujung jari.
22
= Lebar telapak
tangan.
23
= Lebar tangan
dalam posisi tangan terbentang lebar-lebar kesamping
kiri-kanan (tidak
ditunjukkan dalam gambar).
24
= Tinggi
jangkauan tangan dalam posisi berdiri tegak, diukur dari lantai
sampai dengan telapak
tangan yang terjangkau lurus keatas (vertical).
25
= Tinggi
jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak, diukur seperti
halnyano 24 tetapi
dalam posisi duduk (tidak ditunjukkan dalam
gambar).
26
= Jarak
jangkauan tangan yang terjulur kedepan diukur dari bahu sampai
ujung jari tangan.
Data antropometri
dibuat dengan ukuran tubuh laki-laki dan perempuan, harga rata-rata (
), standard deviasi (
, x) serta percentile tertentu ( 5-th, 95-th, dan
sebagainya).
10.
Melakukan
Pengukuran Waktu.
Pengukuran waktu adalah
pekerjaan mengamati dan mencatat waktu-waktu kerjanya baik setiap elemen
ataupun siklus dengan menggunakan alat-alat yang telah disiapkan diatas. Untuk
memperjelas antara subgroup dan waktu, akan kami berikan sbb :[7]
Tabel 3.1 Pengukuran waktu
Pengukuran
Ke
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
Waktu
|
14
|
10
|
12
|
11
|
10
|
9.5
|
Langkah-langkah dalam menentukan pengukuran
waktu :
a. Hitung
rata-rata dari harga rata-rata subgroup :
Dimana :
= harga
rata-rata dari subgroup
K = banyaknya
subgroup yang terbentuk
b. Menghitung
Standar Deviasi
Untuk jumlah data > dari 30
Untuk jumlah
data < dari 30
Dimana
: N = jumlah data
c. Menghitung
standar deviasi dari distribusi harga rata-rata sub group :
Dimana
: n = jumlah pengamatan
d. Menghitung
nilai Z table (
Dimana :
= tingkat
kepercayaan
e. Tentukan
batas kontrol atas dan bawah untuk uji keseragaman data :
BKA =
BKB =
f. Lakukan
test kecukupan data, jika dikatakan data cukup N’
g. Menghitung
waktu silus :
WS =
h. Menghitung
waktu normal : WN = WS x P
Dimana,
p = faktor
penyesuaian
i. Menghitung
waktu baku : WB = WN + (WN x A )
Dimana, A = allowance
Konsep
produktivitas kerja dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu dimensi individu dan
dimensi organisasian. Dimensi individu melihat produktivitas dalam kaitannya
dengan karakteristik-karakteristik kepribadian individu yang muncul dalam
bentuk sikap mental dan mengandung makna keinginan dan upaya individu yang
selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas kehidupannya. Sedangkan dimensi
keorganisasian melihat produktivitas dalam kerangka hubungan teknis antara
masukan (input) dan keluaran (output). Oleh karena itu dalam
pandangan ini, terjadinya peningkatan produktivitas tidak hanya dilihat dari
aspek kuantitas, tetapi juga dapat dilihat dari aspek kualitas. Kedua
pengertian produktivitas tersebut mengandung cara atau metode pengukuran
tertentu yang secara praktek sukar dilakukan. Kesulitan-kesulitan itu
dikarenakan, pertama karakteristik-karakteristik kepribadian individu bersifat
kompleks, sedangkan yang kedua disebabkan masukan-masukan sumber daya
bermacam-macam dan dalam proporsi yang berbeda-beda. Produktivitas
kerja sebagai salah satu orientasi manajemen dewasa ini, keberadaannya
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap
produktivitas pada dasarnya dapat diklasifikasikan kedalam dua jenis, yaitu
pertama faktor-faktor yang berpengaruh secara langsung, dan kedua faktor-faktor
yang berpengaruh secara tidak langsung.[3]
BAB
III
METODOLOGI
PENELITIAN
A. Obyek
Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada UD.
Cendrawasih di Desa Segoroyoso Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul Yogyakarta
untuk proses produksi krupuk kulit, kususnya pada pengadukan pada proses
penggorengan tahap awal.
B. Alat
yang digunakan
Untuk memperlancar dalam pengambilan
data, maka diperlukan beberapa alat sebagai berikut :
1. Meteran
2. Kamera
3. Alat
tulis
C. Tahapan
Penelitian
1. Observasi
Awal
Survey dilakukan untuk melihat kondisi secara
langsung terhadap obyek penelitian, permasalahan yang terjadi dan metode yang
diterapkan.
2. Identifikasi
Masalah
Melakukan
pengenalan terhadap masalah yang relevan dengan topik penelitian, yang
merupakan kumpulan dari berbagai masalah yang ada dilapangan.
3. Rumusan
Masalah
Berisi
tentang rumusan permasalahan yang akan diteliti atau yang akan diselesaikan
melalui penelitian yang dilaksanakan
.
4. Pengumpulan
Data
a. Teknik
Pengumpulan Data
1)
Data Primer
Data
yang langsung diperoleh dari sumbernya melalui pengamatan dan pencatatan
langsung, antara lain :
a) Ukuran
dimensi tubuh pekerja
serta ukuran peralatan kerja (alat penggoreng dan pengaduk krupuk kulit)
yang digunakan pekerja.
b) Waktu
dalam proses penggorengan.
2)
Data Sekunder
Data
yang diperoleh melalui referensi tertentu atau literatur-literatur yang
berhubungan dengan penelitian.
b. Metode
Pengumpulan Data
Dalam
penelitian ini penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data, sebagai
berikut :
1)
Metode Interview
Pengumpulan
data dilakukan dengan wawancara kepada pekerja .
2)
Metode Observasi
Metode ini dilakukan dengan
melakukan pengamatan secara langsung terhadap kegiatan seperti: proses penggorengan dan hasil penggorengan.
3)
Studi Pustaka
Pengambilan dan pengumpulan data
diperoleh dari literatur atau referensi buku-buku yang relevan dan mendukung
penelitian yang dilakukan.
5. Pengujian
Data
Setelah
data yang dibutuhkan sudah terkumpul, maka dilakukan pengujian data sebagai
berikut :
a. Uji
Normalitas Data
Analisis
ini digunakan untuk mengetahui apakah data yang akan diolah berdistribusi
normal? jika data sudah normal maka data bisa diolah.
b. Uji
Keseragaman Data
Analisis
ini dilakukan berdasarkan hasil perhitungan BKA dan BKB. Jika ditemukan adanya
data ekstrim atau data yang keluar dari batas kontrol, maka data tersebut tidak
dipergunakan dalam perhitungan. Selanjutnya dihitung lagi kecukupan datanya dan
dibuat batas kontrol atas dan bawah sampai tidak ada data yang keluar dari
batas yang telah ditetapkan.
c. Uji
Kecukupan Data
Analisis
ini bertujuan untuk mengetahui cukup atau tidaknya data observasi yang telah
dikumpulkan. Rumus yang digunakan dalam uji kecukupan data ini adalah rumus
pada persamaan. Jika jumlah observasi yang seharusnya dilakukan (N’) lebih
kecil atau sama dengan jumlah observasi yang dilakukan (N) maka data mencukupi
(N’<N). Sebaliknya, jika N’>N maka harus dilakukan penambahan observasi
lagi sampai data tercukupi.
6. Pengolahan
Data
Pengolahan
data yang dilakukan pada penelitian ini meliputi :
a. Data
Denyut Jantung
Setelah
dilakukan pemgumpulan data, maka dilakukan pengolahan data denyut jantung
sebelum dan setelah kerja dari uji normalitas, uji keseragaman data, hingga uji
kecukupan data. Jika semua uji memenuhi kriteria pengujian maka dilakukan
perhitungan konsumsi oksigen dan konsumsi energi.
b. Data
Antropometri
Setelah
dilakukan pengumpulan data, maka dilakukan pengolahan data antropometri untuk
mengetahui ukuran-ukuran yang digunakan dalam melakukan perancangan alat penggoreng dan pengaduk krupuk kulit.
Pengolahan data ini juga sama dengan pengolahan data denyut jantung yaitu uji
normalitas, uji keseragaman data, uji kecukupan data kemudian dilanjutkan
perhitungan persentil.
c. Data
Waktu Kerja Operator
Pegolahan
data waktu kerja operator digunakan untuk mengetahui dan menganalisa
perbandingan waktu antara sebelum dan sesudah perancangan alat penggoreng dan pengaduk krupuk kulit.
Pengolahan data ini akan menunjukan produktivitas dari alat tersebut.
d. Data
Kuisioner
Untuk mengetahui tingkat ketidak nyamanan pekerja dalam bekerja sebelum
atau sesudah perancangan.
e. Data
pemilihan Bahan
Pengolahan
data ini dilakukan untuk digunakan sebagai perbandingan bahan yang akan
digunakan sehingga tepat dalam pemilihan dari segi ekonomi, fungsi, serta
kekuatan bahan.
7. Perancangan
Alat Pengaduk Krupuk
Kulit
Perancangan
ulang dilakukan setelah terkumpul data-data mengenai ukuran alat pengaduk yang diambil dari hasil pengolahan
data antropometri dan melihat dari permasalahan yang terjadi.
8.
Implementasi Alat Penggoreng dan Pengaduk Krupuk Kulit
Selanjutnya
hasil perancangan alat Penggoreng
dan Pengaduk Krupuk Kulit, di uji coba atau digunakan oleh perusahaan sebagai pengganti alat penggoreng sebelumnya kemudian
dibandingkan hasil yang diperoleh.
9. Analisa
Data untuk
mengetahui hasil dari penelitian ini, maka peneliti melakukan perbandingan
hasil dari mesin yang sebelumnya dengan alat
hasil rancangan.
10. Kesimpulan
dan Saran dalam
tahap ini dikemukakan pokok-pokok pikiran hasil pembahasan yang berkaitan
dengan butir-butir rumusan masalah serta beberapa saran.
D. Kerangka Pemecahan Masalah
Mulai
|
Observasi Awal
|
Identifikasi Masalah
|
Perumusan Masalah
|
Studi Literatur
|
Studi
Lapangan
|
Pengumpulan Data
|
Pengumpulan Data Waktu Proses
Waktu Proses
|
Uji
Normalitas
|
Pengumpulan Data Denyut Jantung
|
Normal ?
|
Tidak
|
Ya
|
Uji Keseragaman Data
|
Seragam
?
|
Uji Kecukupan Data
|
Ya
|
Tidak
|
N’<
N ?
|
Tidak
|
Ya
|
Pengolahan Data
|
A
|
Pengumpulan Data Antropometri
|
Perancangan Data
|
A
|
Implementasi
Data
|
Layak?
|
Ya
|
Tidak
|
Analisa
Hasil Implementasi
|
Produksi
Rancangan
|
Selesai
|
Gambar 3.1. Flowchart
Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
[1]. Gupta
T, 1994, Analysing Material Handling Needs
in Concurrent / Simultaneous Engineering, International Journal of Operations
and Production Management, Vol.14, No.9, pp 68-82.
[3]. Kusnendi. Judul
Buku Ekonomi Smber Daya Manusia. 2008. Pakde Sofa : Bandung
[4]. Lindbeck dan Wygant. Judul Buku Design
Industrial Concurrent
engineering Production
planning. 1995: Index
[5].
Nurmianto
Eko. Judul Buku Antropometri
Tubuh Manusia. 2003. Guna Widya: Surabaya
[6]. Pulat
BM. Judul Buku Fundamentals of Industrial
Ergonomics. 1992 Prentice
Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.
[7].
Wingjosoebroto Sritomo. Judul Buku Ergonomi Studi
Gerak dan Waktu. 2003. Guna
Widya:
Surabaya
Lampiran
1. Tabel Jumlah permintaan
dan
jumlah
produksi pada bulan April sampai Juni
Periode
|
Krupuak
Kulit
|
||
Permintaan(kg)
|
Produksi(kg)
|
Kekurangan(kg)
|
|
April
|
134
|
123
|
11
|
Mei
|
155
|
130
|
25
|
Juni
|
146
|
129
|
17
|
Rata-rata
|
145
|
127
|
17
|
(Sumber:
UKM Cendrawasih, 2013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar